SURABAYA, beritalima.com- Baru-baru ini, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengeluarkan peringatan dini terhadap ancaman bencana hidrometeorologi akibat fenomena La Nina.
Bencana hidrometeorologi ini, mulai dari banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung. Terdapat 22 daerah di Jatim yang rawan terjadi bencana hidrometeorologi.
Fenomena alam ini, dapat menyebabkan banjir pada lahan pertanian di musim hujan dan dapat membahayakan jika intensitas hujan tinggi.
Berdasarkan data BMKG, puncak dari La Nina akan terjadi pada bulan Desember 2020-Januari 2021.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Hadi Sulistyo, telah melakukan beberapa langkah untuk meminimalkan dampak La Nina.
Langkah-langkah yang diambil, pertama melakukan pemetaan (mapping) wilayah rawan banjir. Pemetaan itu, terdiri dari daerah rawan banjir, cukup rawan banjir, sangat rawan, aman, agak aman dan sangat aman.
Daerah rawan banjir, antara lain Gresik, Sidoarjo, Tuban, dan Ngawi. Cukup rawan banjir, yakni Mojokerto, Jombang, Lamongan, Ponorogo, Pacitan, Kediri, Nganjuk, Tulungagung, Pasuruan, Lumajang, Jember, Sampang dan Sumenep.
“Kalau sangat rawan ada di Bojonegoro,” terang Hadi.
Langkah kedua, lanjutnya, sistem peringatan dini (early warning system) dengan pemantauan laporan cuaca dari BMKG. Yakni, prakiraan kondisi iklim Musim Hujan (MH) 2020-2021. Mulai dari awal musim hujan bulan Oktober, Nopember hingga Desember 2020 di beberapa daerah.
Dengan jadual musim hujan tersebut, maka kabupaten/kota perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan DPI (rawan banjir).
“Daerah yang perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap OPT, utama padi, yaitu Tuban, Lamongan (tikus), Bojonegoro (penggerek batang), Ngawi (wareng batang coklat), Ngawi (hawar daun bakteri/kresek), Banyuwangi (penyakit Tungro) dan Gresik, Tuban, Lumajang (penyakit bias),” tandasnya.
Langkah ketiga, yakni membentuk Brigade La Nina (brigade proteksi, brigade alsin) yang disiagakan di setiap kabupaten. Keempat, disarankan melakukan pompanisasi in and out dari sawah, dilanjutkan dengan melaksanakan rehabilitasi jaringan tersier, terutama di daerah rawan banjir.
Kelima, disarankan menggunakan benih yang sifatnya tahan akan genangan, seperti varietas Inpara 1-10, Inpari 29, Inpari 30, varietas unggul lokal yang dimiliki.
Keenam, disarankan asuransi usaha tani padi dan bantuan benih gratis bagi petani yang telah mengalami gagal panen (puso).
“Langkah terakhir, mengoptimalkan kegiatan pasca panen,” pungkasnya. (Red).