AMBON, BeritaLima.com,- Setelah melakukan penelitian tentang keutuhan bahasa adat dari setiap Negeri adat yang ada di seluruh Indonesia, Toyota Foundation (FP) menemukan satu Negeri di Provinsi Maluku tepatnya di Kabupaten Maluku Tengah, Kecamatan Amahai, yakni Negeri Sepa, tatanan bahasa adatnya semakin terkikis hingga terancam punah.
Hal ini diketahui Melalui beberapa catatan yang dimiliki lewat tim survei yang dibentuk konsultan yayasan Toyota Foundation ini. Dimana, keutuhan akan bahasa lokal negeri tersebut hampir pupus dari permukaan.
Program dari salah satu yayasan Internasional asal Jepang ini, difokuskan tentang Sosialisasi Kemasyarakatan, salah satunya dibidang pelestarian bahasa lokal (adat) negeri atau kampung (pedesaan) di beberapa negara.
Saat ini program difokuskan di dua negara yakni Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia sendiri yayasan Toyota Pondation menemukan dua Kampung atau Negeri yang bahasa adatnya teancam punah.
Dua negeri atau desa adat itu itu yakni, Desa Pagal, di Kalimantan Barat, dan Negeri Sepa di Provinsi Maluku. Di Maluku, berdasarkan hasil survei lembaga tersebut, Negeri Sepa yang berada tepat di bagian Selatan pulau seram itu, bahasanya semakin tetrkikis seiring perkembangan zaman.
Kalangan muda khususnya usia 30 tahun ke-bawah, penguasaan dan penggunaan bahasa adatnya kurang lebih 60 sudah mulai hilang perlahan.
Karenya, yayasan ternama asal jepang ini menggandeng Sekolah Tinggi Ilmu Kejuruan dan Ilmu Pemerintahan (STIKIP) Gotong Royong Masohi, Kabupaten setempat, guna melakukan surevei langsung dengan menggunakan mahasis-mahasiswa lokal asal Negeri dimaksud.
Tujuanya, agar pengaruh dari proyek tersebut bisa berdampak langsung terhadap generasi muda negeri itu.
Ketua Lembaga Peniliti Utama ATMA-UKM Malasysia, Chong Shi M.Pd, yang bekerja sama langsung dengan yayasan Toyota ini mengatakan, proyek tersebut, adalah salah satu dari sekian banyak program yayasan asal Negeri Sakura itu, proyek ini dinamakan kegiatan sosial kemasyarakatan, yang difokuskan kepada pelestarian bahasa lokal sebuah negeri adat yang dinilai terancam punah.
Toyota Foundation lanjut dia, berkeinginan dalam proyek tersebut para peniliti melibatkan generasi muda negeri setempat untuk menghidupkan kembali bahasa adat negerinya yang semakin terkikis itu.
“Sebab kita lihat di zaman sekarang khan anak-anak muda semua gunakan bahasa indonesia tapi bahasa lokal ini yang hampir hilang. Harapan kami agar semua masyarakat terlibat dalam usaha ini lah,”terang Chong Shin yang juga seorang Dosen bahasa, pada Universitas Kebangsaan Malaysia dan Institut Alam Smenanjung Melayu, Malaysia ini.
Menaggapi persoalan ini, Kepala Kantor Bahasa Maluku, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku, Arif mengaku bangga sekaligus bersyukur dengan kehadiran yayasan Toyota di Indonesia, terlebih di Maluku saat ini, untuk melakukan kegiatan yang bersentuhan langsung dengan bidang bahasa yang dimotorinya saat ini.
Kata dia, hal ini akan sangat membantu Kantor Bahasa Maluku untuk memajukan budaya daerah terlebih bahasa, sebab bahasa menurutnya merupakan satu dari sekian identitas negeri-negeri adat di bumi raja-raja ini.
Pihaknya meminta Pemerintah Derah (Pemda) melalui Gubernur dan seluruh kepala Derah di masing-masing Kabupaten/Kota memberikan perhatian juga terhadap bahsa-bahasa lokal yang ada di masing-masing daerah.
Tak hanya Pemda, Juga oleh pemerintah negeri seharunysa bekerjasama dengan semua pihak agar bahasa-bahasa daerah yang begitu diagungkan itu supaya menjadi lestari di negerinya.
“Program ini sangat bagus dan saya kira perlu dilanjutkan oleh siapapun terutama oleh pemda,”ujar Arif.
Katanya, saat ini Akntor Bahasa Malaku mencatat, bukan saja di negeri Sepa, namun untuk maluku secara keseluruhan diketahui melalui hasil penilitian kementerian pendidikan dan kebudayaan berhasil memetakan sebanyak 49 bahasa daerah di beberapa pulau di Maluku terancam punah.
Pulau-pulau itu diantaranya, pulau seram, pulau buru, pulau ambon pulau haruku dan sebagian negeri lagi di pulau saparua. Dimana, kondisinya terancam punah.
“Fokus kami dipusatkan pada kawasan yang disebut sebagai maluku tengah. Karena ada banyak bahasa daerah yang terancam puna. Mengapa harus kita lindungi? Karena ketika sekali mati, sangat sulit instrumen untuk menggidupkan kembali bahsa yang sudah mati,”terang Arif.
Sementara itu, Ketua STIKIP Masohi, Kalsum Selehulano menambahkan, dalam kegiatan ini pihaknya sangat berterima kasih kepada Yayasan Toyota.
Pasalnya, selain dengan melibatkan langsung para mahasiswanya untuk terjun praktek lapangan, pihaknya juga berkesempatan melakukan MoU dengan pihak Yayasan ternama Jepang ini.
Karena dengan melihat adanya kemunduran tatanan bahas lokal di derah itu, semakin membahayakan keberadaan ragam adat istiadat di sejumlah negeri adat di wilayah pulau ibu itu.
Momentum ini tambah dia, sangat membantu pihaknya dalam upaya-upaya koordinasi antara lembaga pendidikan dan pemerintah daerah yang saat ini tengah dibangun.
Sebelumnya, diinformasikan bahawa sudah ada upaya koordinasi anatara kantor bahasa maluku dengan kementerian pendidikan dan kebudayaan setempat. Guna membentuk sebuah produk hukum daerah, tentang wajib adanya proses belajar mengajar bahasa lokal di seluruh lembaga pendidikan di wilayah Malteng.
“Kerjasa sama dengan Kantor Bahasa maluku dan kabupaten, karena tadi saya sudah bincang-bincang dengan beliau. Beliau akan melakukan satu sesion mengunjungi STIKIP Gotong Royong Masohi untuk melanjutkan program ini,”jelas Kalsum.(Mukaddar)