KUPANG, beritalima.com – Dinas Kesehatan dan dan Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) Provisni Nusa Tenggara Timur menggelar Lokakarya WASH FIT (Water And Sanitation for health Fasility Improvenment Tool) di Amaris Hotel, Sabtu (12/12/2020).
Kegiatan tersebut didukung oleh UNICEF, yang diikuti puluhan peserta dari lintas sektor, yaitu Bappelitbanda NTT, Poltekkes Kemenkes Kupang, serta organisasi profesi.
Hal tersebut disampaikan Ketua HAKLI NTT, Micael Johan S. Takesan, kepada wartawan media ini disela-sela kegiatan Lokarya WASH FIT di Amaris Hotel, Sabtu (12/12/2020).
Dikatakan Jon Takesan, kegiatan ini sebagai tindaklanjut dari Webinar antara Kementerian Kesehatan RI, Kementerian Lingkungan Hidup untuk melakukan survei WASH FIT (Air dan Sanitasi) di lokasi, yaitu Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.
“Yang kami lakukan survei itu di Puskesmas terpilih, yaitu tujuh Puskesmas di Kota Kupang dan enam Puskesmas di Kabupaten Kupang. Hari ini kami melakukan Lokakarya WASH FIT dalam rangka untuk meningkatkan perilaku Hygienitas, Pencegahan & Pengendalian Infeksi di Fasilitas Kesehatan,” ujarnya.
Sementara itu, Karolus Ngumbat, Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenskes Kupang menambahkan, kegiatan ini adalah memotret hasil survei yang dilakukan di Puskesmas dengan menggunakan instrumen yang sudah diberikan oleh WHO dan UNICEF.
“Jadi kegiatan ini kami hanya memotret dari kacamata kami dengan menggunakan instrumen yang sudah diberikan oleh WHO dan Unicef. Tentu hasil penilaian ini akan disampaikan ke Puskesmas terkait dengan kondisi sanitasi di Puskesmas tersebut. Dengan harapan hasil itu menjadi dasar bagi mereka untuk perbaikan kedepan,” kata Karolus.
Selain itu, hasil kegiatan itu juga akan menjadi rekomendasi bagi yang berkepentingan dalam hal ini Dinas Kesehatan.
“Jadi kegiatan ini bukan menilai baik buruknya layanan, tetapi semangatnya itu, adalah memberikan motivasi bagi teman-teman di Puskesmas untuk lebih memprioritaskan lagi upaya sanitasi di Puskesmas,” kata Karolus menambahkan.
Hal ini penting karena sanitasi itu salah satu dalam layanan kesehatan di Puskesmas. Dengan sanitasi yang baik, maka upaya kuratif yang dilakukan di Pusesmas bisa lebih optimal lagi. Dan memang aspek sanitasi menjadi fokus perhatian.
“Sebab yang berkunjung di Puskesmas itu bukan hanya fisiknya orang, tetapi juga segala macam apa yang ada di dalam tubuh kita termasuk penyakit, sehingga faskes seperti di puskesmas itu beresiko. Karena itu, langkah untuk pencegahan itu, adalah dengan memperhatikan sanitasi, menyediakan air bersih untuk cuci tangan dan pembuangan limbahnya. Sehingga isu mengenai sanitasi ini mestinya harus diperhatikan juga di puskesmas,” kata Karolus.
“Puskesmas itu, fasilitasi publik, maka harus menjadi contoh. Jadi ketika orang datang ke Puskesmas itu, dia melihat contoh. Misalnya membuang sampah pada tempatnya dan menyiapkan tempat cuci tangan,” jelasnya.
Karena Puskesmas itu, pusat penggerak pembangunan kesehatan di kecamatan ataupun kelurahan.
“Jadi pusat penggerak pembangunan itu artinya bukan hanya melaksanakan kegiatan pengobatan, tetapi juga melakukan pemberdayaan masyarakat melalui contoh untuk menunjukkan faslitas, melakukan kegiatan penyuluhan, upaya pencegahan, serta upaya promotif preventif,” ungkapnya. (L. Ng. Mbuhang)