Dinsos Surabaya Punya “Jurus Baru” Dongkrak Ekonomi Warga Eks Lokaliasasi

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memiliki “jurus baru” dalam penanganan masyarakat yang terkena dampak penutupan lokalisasi. Utamanya dalam kaitan pemberdayaan ekonomi. Tahun ini, Pemkot melalui Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya punya program “Campus Goes to Kampung”.

Sesuai namanya, dalam program ini, Dinsos bersinergi dengan beberapa perguruan tinggi (kampus) di Surabaya untuk secara bersama fokus pada pemberdayaan ekonomi masyarakat di kampung atau kawasan eks lokalisasi. Tidak sekali ini, Dinsos bersinergi dengan kampus.

Kasubag Umum dan Kepegawaian Dinsos Kota Surabaya, Rosalia Retno Bintarti mengatakan, untuk saat ini ada empat perguruan tinggi di Surabaya yang ikut terlibat dalam program Campus Goes to Kampung ini. Empat kampus tersebut yakni ITS, Unair, Untag dan UK Petra. “Jadi kampus-kampus ini fokus pada pemberdayaan masyarakat di kawasan eks lokalisasi sesuai keahlian masing-masing. Setelah melakukan survei, saat ini mereka fokus di kawasan eks lokalisasi Dolly karena di sana yang terbesar dari beberapa kawasan eks lokalisasi di Surabaya,” tegas Rosalia ketika jumpa pers di Kantor Bagian Humas Pemkot Surabaya, Jumat (19/5/2017).

Rosalia mencontohkan, untuk ITS fokus pada penelitian yang bisa membantu UKM di kawasan Putat Jaya. Sementara Untag lebih pada pemberian pelatihan keterampilan usaha kepada warga. Dan UK Petra condong untuk fokus pada kondisi sanitasi dan keindahan kawasan tersebut melalui program WC komunal dan mural. “Kalau Unair memberikan pelatihan manajerial pembukuan,” jelas dia.

Selain Campus Goes to Kampung, Rosalia menyebut Dinsos juga punya program Social Action and Sharing (SAS) yang merupakan rangkaian dari kegiatan Dolly Saiki Fest yang dibuka Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini pada akhir pekan lalu. Program SAS ini akan hadir setiap Sabtu pada setiap pekan. Nantinya, Dinsos akan memberi penjelasan kepada masyarakat tentang program-program Dinsos di mana masyarakat bisa ikut berperan aktif. “Setiap Sabtu kami keliling di Dolly untuk sharing program yang bisa diakses warga. Contohnya penanganan orang yang terlantar. Bila jenengan menemukan orang terlantar di jalan, bisa kontak ke Dinsos dan akan kami tindaklanjuti,” sambung dia.

Selain penanganan orang terlantar dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), Dinsos Kota Surabaya punya program isbat nikah yang diperuntukkan bagi pasangan yang masih menikah siri agar memiliki akta nikah sehingga anaknya juga bisa punya akta lahir. Dinsos juga punya program beasiswa bagi anak Surabaya yang berprestasi dan dari keluarga kurang mampu. Ada banyak beasiswa yang disediakan, dari mulai melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi hingga paket pendidikan pelatihan selama 7-8 bulan agar yang bersangkutan memiliki “nilai lebih” untuk bekerja. Serta ambulance gratis via nomor 112 dan program permakanan.

Sebelumnya, Dinsos juga punya program Campus Social Responsibility dengan menggandneg pihak kampus untuk memberikan pendampingan bagi anak-anak, utamanya dari keluarga kurang mampu agar tidak putus sekolah. “Juga ada program rehabilitasi sosial daerah kumuh. Bila ada warga yang rumahnya tidak layak huni dan ingin diperbaiki, bisa mengusulkan ke RT/RW hingga kecamatan agar ada perbaikan rumahnya,” sambung Rosalia.

Program Campus Goes to Kampung ini mendapat apresiasi positif dari pihak kampus. Setiawan dari Pusat Studi Potensi Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat ITS mengatakan, program ini selaras dengan salah satu kewajiban kampus, yakni tugas pengabdian kepada masyarakat. Karenanya, ITS menyambut baik sinergi dengan Dinsos untuk berbuat kepada masyarakat. “Untuk pengabdian di masyarakat ini, kami punya ring I yakni tiga kelurahan di dekat kampus dan ring 2 di Surabaya kami fokus di eks lokaliasi Dolly dulu. Kami menggali potensi masyarakat, apa usaha yang dimaui yang berdampak pada peningkatan ekonomi,” ujar Setiawan.

Secara konkret, Setiawan menyebut akan mencoba mengembangkan UMKM yang tengah tumbuh di Putat Jaya. Semisal batik, pihaknya akan membuat bank desain batik. Lalu keripik SamiJali. Dia menyebut dari sisi packing sudah bagus. “Tapi kendala nya untuk pengering ketika musim hujan. Kami akan bantu alat untuk pengeringan. Ini sedang dirancang yang cocok alatnya apa. Yang jelas alatnya nggak pakai listrik tetapi cukup elpiji agar terjangkau,” jelas Setiawan.(*)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *