JAKARTA, Beritalima.com– Sekjen DPD RI, Dr Reydonnyzer ‘Donny’ Moenek dipercaya sebagai penasehat Pengurus Pusat Persatuan Olah Raga Berkuda Indonesia (PP Pordasi) 2020-2024. Pengukuhan Kepengurusan PP Pordasi empat tahun ke depan dilakukan Menteri Pemudan dan Olah Raga (Menpora), Zainuddin Amali di Jakarta, akhir pekan ini.
Pada kesempatan itu Menpora berharap olah raga berkuda Indonesia dapat memberikan kebanggaan dan prestasi buat Indonesia. “Banyak kejuaraan internasional bukan hanya prestasi yang didapat, juga sport tourism dan sport industry. Kemenpora telah mulai dengan sport science. Tanpa sport science kita tidak bisa berbicara banyak,” pesan Menpora.
Dalam kesempatan tersebut politisi Partai Golkar ini menyampaikan arahan Presiden dimana Indonesia mengikuti bidding Olimpiade 2032, jangan sampai Indonesia hanya menjadi EO, tapi mampu berprestasi. “Kami harap cabor berkuda bisa memberikan kebanggaan dan prestasi. Sebisa mungkin menggelar kejuaraan-kejuaraan internasional di dalam negeri,” kata dia.
Usai pengkukuhan, Donny Moenek, demikian sapaan akrabnya, mengaku telah lama berkecimpung dalam dunia olah raga berkuda semenjak kecil. “Ayah saya, J Moenek dulu merupakan Kepala Pejawat Kehewanan di Sumatera Tengah. Da juga pemilik peternakan kuda di Padang Mangateh.
“Masa itu, banyak peternak yang datang ke Padang Mangateh. Mereka belajar cara beternak kuda pada ayah. Termasuk peternak dari Aceh, Jawa, dan Sulawesi Utara,” ungkap dia.
Donny juga menceritakan, kepindahan keluarganya ke Jakarta membuat bisnis berkuda yang dirintis ayahnya semakin berkembang. J Moenek bersama sejumlah pengusaha kuda lantas mendirikan Djakarta Racing Management.
“Kami punya peternakan kuda dengan nama J Moenek Stable di Pulo Mas. Koleksi kuda ayah sangat banyak. Rata-rata kuda pilihan, bibit unggul, peranakan Australia dan Inggris. Jenisnya Thouroughbred. Presiden Obama waktu kecil sering datang ke peternakan kami, melihat-lihat kuda,” kenang Donny.
Melanjutkan ceritanya, Donny mengatakan, beberapa kuda milik ayahnya kerap memenangkan balapan. “Red Rival, Temple Dance, Revolving dan Saldivar. Itu nama kuda-kuda top milik ayah. Yang menjadi saingan berat adalah kuda-kudanya milik Presiden Soeharto, salah satu namanya Maruto.
Saking hobi berkuda, orang dulu memanggil ayah saya Profesor J Moenek lantaran dirinya yang mengerti dan pintar sekali soal kuda. Karena ayah itu dokter hewan. Dia melatih dan merawat sendiri kuda-kudanya. Jadi kalau orang-orang mau beli kuda bagus, pasti bertanya pada ayah. “Kalau ada kejuaraan berkuda di dalam dan luar negeri, J Moenek tampil sebagai sponsor,” terang Donny dengan penuh semangat.
Nah, tentang tradisi pacu kuda lanjut dia, tadi sudah saya katakan pada Ketum PP Pordasi, Ibu Triwatty Marciano, agar tradisi pacu kuda ini terus digelorakan. Banyak daerah di Indonesia yang telah menggelar budaya pacu kuda dalam setiap pesta adat. Terutama di Sumatera Barat, hampir di setiap daerah punya gelanggang pacu kuda,” terang Donny,
Pacu kuda ini hendaknya menjadi perhatian. Berkuda ini memang olah raga mahal, biaya pemeliharaannya tak sebanding dengan pemasukan. “Ini tantangan kita bersama, bagaimana aktifitas berkuda ini dapat hidup dan semarak lagi sehingga dapat menguntungkan masyarakat, pengusaha, dan para atlit berkuda,” demikian Dr Reydonnyzer Moenek. (akhir)