BANJARNEGARA – Disambiguasi adalah hama klasik yang menyerang pertanian atau perkebunan warga, terutama yang terletak didaerah pegunungan. Momok ini menjadi ancaman paling serius bagi beberapa tanaman budidaya seperti jagung, semangka, melon imun, padi maupun sayur-sayuran. Acapkali para petani kerap gagal panen dan mengalami kerugian akibat serangan hama ini.
Di lokasi TMMD Reguler 102 Banjarnegara, Desa Pasegeran Kecamatan Pandanarum, kondisi geografisnya adalah di daerah perbukitan di pinggir Banjarnegara. Jarak dari pusat pemerintahan kabupaten adalah kurang lebih 53 kilometer. Desa ini juga terletak di terusan dataran tinggi Dieng yang 20 % wilayahnya masuk dalam wewengkon Kabupaten Wonosobo.
Desa dengan luas wilayah 361 hektare terdapat 19 Rt dan 6 Rw, dengan 959 KK. Mempunyai luas areal pertanian sebesar 82,8 hektare. Desa dipimpin seorang Kades, Aris Winarno, S.Sos yang getol melakukan terobosan-terobosan dalam membangun wilayahnya, termasuk kesuksesannya mendatangkan program TMMD Reguler 102 Kodim Banjarnegara maupun mempertahankan tradisi berburu babi hutan (disambiguasi) yang sangat merugikan pertanian warganya.
Wajar jika para petani di Desa Pasegeran, antara lain Dusun Pasegeran, Karanggondang, Kroya dan Dusun Jumbleng, menggelar aksi basmi hama babi yang biasa menyerang tanaman warga (jagung, ketela dan padi) dengan mendatangkan para pemburu tradisional lokal Kecamatan Pandanarum. Sabtu (14/7/18).
Iuran Sebagai Rasa Kebersamaan.
Ratusan warga atas dasar rasa kebersamaan senasib sepenanggungan, karena mayoritas adalah petani, melakukan iuran sebesar 50 ribu per/KK untuk mendatangkan para pemburu. Jumlah yang besar jika dikalikan dengan 959 Kepala Keluarga Desa Pasegeran. Namun jumlah ini tidak semuanya digunakan untuk mendanai ratusan pemburu, juga sebagai kas desa untuk kepentingan umum. Termasuk membantu pendanaan TMMD Reguler 102 Banjarnegara, dengan anggaran total 1,4 M, salah satu sumbernya berasal dari swadaya masyarakat sebesar 127,6 Juta.
Satgas TMMD Reguler juga telah ditugaskan Dandim 0704 Banjarnegara, Letkol Inf. Bagas Gunanto, untuk terlibat dalam perburuan. Perburuan hama babi hutan serentak dimulai begitu mendapat aba-aba dari Aris Winarno. Ratusan warga baik tua dan muda serta para pemburu yang telah siap mulai bergerak menuju hutan untuk memburu hama.
Dikatakan Kades Pasegeran, Aris Winarno, Perburuan massal babi hutan ini ditempuh karena keberadaannya yang sudah sangat meresahkan warga dan sudah tidak bisa lagi ditanggulangi secara berkelompok. “Serangan babi hutan sudah sangat merugikan warga, karena membuat warga khawatir menanam tanaman pangan. Bahkan serangan babi hutan ini sudah mulai masuk di kebun dekat rumah warga,” jelasnya.
Titambahkannya juga, kegiatan swadaya bersama tersebut, untuk menumbuhkan rasa kebersamaan warganya yang kebun singkong, jagung dan padi diserang hama ini. Para pemburu tradisional berasal dari wilayah Desa Sirongge Kecamatan Pandanarum, Karanganyar, maupun Kecamatan Kalibening, bahkan ada yang datang dari Banjarnegarara, termasuk juga warga setempat. Para pemburu tradisional ini pada umumnya bersenjatakan tombak dibantu puluhan anjing pemburu. Satu dua diantaranya bersenjatakan senapan angin.
Untuk para pemburu yang berhasil mendapatkan buruannya, akan diberikan imbalan dengan hanya menunjukkan ekor dari babi hutan tersebut. Sedangkan untuk dagingnya, murni diserahkan kepada para pemburu atau kas pemburu sebagai tambahan penghasilan.
Babi yang besar biasanya berbobot sekitar 120 Kg. Daging hasil buruan biasanya dijual para pemburu ke Kebun Binatang TRMS Serulingmas Banjarnegara untuk dijadikan pakan harimau. Daging celeng biasanya dihargai 6000 rupiah/kg nya.
Kebersamaan antara warga yang dibantu Satgas TMMD Reguler 102 Banjarnegara dalam kesertaannya memburu babi adalah salah satu upaya bersama dalam menciptakan ketahanan pangan di Banjarnegara khususnya di Desa Pasegeran Kecamatan Pandanarum. Tak lain usaha ini untuk meningkatkan hasil bumi warga serta meningkatkan juga perekonomian para petani setempat.(pendim0704bna)