ACEH, Beritalima.com – Tim relawan Unesa menyerahkan sejumlah bantuan kepada warga terdampak banjir di Posko Pengungsian Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.
Tim relawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang terdiri dari dokter, perawat, psikolog, konselor, dan ahli kebugaran memberikan layanan psikososial dan pemeriksaan kesehatan bagi warga yang terdampak bencana banjir di sejumlah Posko Pengungsian Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.
Tim Unesa yang dipimpin Direktur Pencegahan dan Penanggulangan Isu Strategi (PPIS), Mutimmatul Faidah memberikan sejumlah bantuan layanan kesehatan dan psikososial sejak tibanya di lokasi bencana pada Rabu, 10 Desember 2025.
Mutimmatul Faidah menjelaskan bahwa, kehadiran tim Unesa disambut langsung Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem dan jajaran Forkopimda serta BPBD Aceh, guna berkoordinasi terkait bantuan dan layanan yang disiapkan tim Unesa agar menjangkau warga yang membutuhkan.
“Dalam pertemuan dengan Gubernur Aceh dan jajarannya, kami menyampaikan bantuan yang disiapkan Unesa untuk para korban berupa logistik dan layanan kesehatan, termasuk beasiswa bagi mahasiswa asal daerah yang terdampak bencana,” ucapnya melalui sambungan daring pada Jumat, 12 Desember 2025.
Setelah berkoordinasi, tim Unesa bergerak selama empat jam menuju Posko Pengungsian Pidie Jaya untuk memberikan layanan psikososial, pemeriksaan kesehatan, serta menyalurkan satu unit pick-up berisi logistik berupa sembako, dan makanan siap saji.
Selain itu juga terdapat paket kesehatan keluarga, obat-obatan, kebutuhan medis, perlengkapan psikososial, dan pakaian ganti untuk warga. Bantuan diterima langsung Kepala Dinas Sosial Kabupaten Pidie Jaya.
Dari Pidie Jaya, tim Unesa melanjutkan perjalanan dua jam menuju Bireuen, tepatnya di Posko Pengungsian Kecamatan Peusangan, dengan membawa dua unit pick-up logistik.
Tim Unesa diterjunkan di tiga titik: tim medis melakukan pemeriksaan kesehatan warga, tim psikososial bermain dan bercerita bersama anak-anak, sementara tim penguatan spiritual mengadakan sesi berbagi bersama para ibu atau orang tua.
“Tim Unesa kemudian bermalam di Bireuen. Denyut kehidupan kota relatif normal karena listrik mati. Aktivitas penguatan warga di pengungsian terus kami lakukan. Sementara itu, proses penanganan di desa-desa terdampak masih terus diupayakan,” beber guru besar Unesa itu.
Ia menceritakan kondisi para korban di sana yang sudah belasan hari di lokasi pengungsian. Warga menunjukkan resiliensi yang sangat kuat terhadap bencana. Mereka bersedih, tetapi tidak rapuh.
Rumah mereka terendam, sebagian hancur, dan harta benda banyak yang hilang, tetapi semangat untuk terus bertahan tidak pernah padam.
“Ada harapan dan doa yang terus digenggam untuk memulai kembali dari awal. Mereka yakin bahwa mereka tidak sendiri. Dengan semangat gotong royong dan kekuatan kita semua, kita bisa bangkit dari bencana ini,” tuturnya. (Yul)








