Disebut Sebagai Bakal Calon Walikota Surabaya, Lia Istifhama Bilang Takdir

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com | Pemilihan Wali Kota Surabaya baru akan dilaksanakan pada September 2020 nanti. Namun, saat ini sudah ramai nama-nama yang dimunculkan sebagai bakal calon pengganti Tri Rismaharani yang sudah tidak bisa masuk bursa lagi.

Nama-nama yang muncul itu di antaranya Jamhadi, Fandi Utomo, Adies Kadir, Dwi Ariady Kusuma, Haries Purwoko, Ipong Muhlisoni, Lia Istifhama, Dyah Katarina, Dwi Astutik, Maududi, dan Zahrul Azhar.

Dari sekian nama tersebut, nama Lia Istifhama tidak hanya kerap muncul di media sosial, tapi juga lewat banner yang dipasang di beberapa sudut Kota Surabaya.

Sosok perempuan yang selalu tampil ceria ini Senin (15/7/2019) kemarin kembali muncul di Konferensi Zhenghee Internasional di Jatim Expo Surabaya. Ditanya mengenai banner-banner yang menampilkan dirinya, ia menyatakan bahwa itu kerjaan relawan atau warga yang simpati padanya, yang semuanya tanpa memberitahunya terlebih dulu.

“Saya terimakasih pada relawan dan warga yang pesan dan pasang banner tentang saya. Mereka melakukan itu tanpa memberitahu saya. Saya tahunya justru dari teman-teman saya, yang bilang kalau ada banner saya di wilayah Kenjeran, Bulak, dan beberapa tempat lainnya,” ujar Lia.

“Mendapat informasi itu saya kaget pastinya. Karena, saya sendiri merasa saya ini siapa kok mereka antusias begitu. Tapi ya sudah, semua wajib disyukuri. Yang terpenting, apapun kita tidak boleh sampai tinggi hati dan ambisi. Karena kalau sampai ambisi dalam politik, kuatirnya malah gak siap kalah kalau bertanding,” lanjutnya.

Lia pun menuturkan, untuk membangun Kota Surabaya tidak harus jadi Walikota. “Mau bangun Surabaya hanya dengan cara maju ke Pilwali rasanya kok gak pas ya. Karena, bangun Surabaya kan gak harus jadi walikota,” ujarnya.

“Sekarang saja kita yang warga Surabaya sudah bisa bangun kok. Contohnya membangun mental sebagai warga yang menjaga toleransi beragama, yang mau menjaga hablum minannas, dan sebagainya,” lanjutnya.

“Jadi intinya, proses siapa nanti yang akan maju pilwali sifatnya biarkan alamiah, karena masyarakat Surabaya sangat cerdas dan alasan memilih pemimpin tidak instan, melainkan pasti banyak faktor yang diperhatikan,” tambahnya.

Lia sendiri, ketika ditanya apakah benar ingin maju ke Pilwali, jawabnya apa kata takdir.

“Warga Surabaya slogannya kan bonek, jadi harus berani dan pantang malu-malu kucing. Tapi, tetaplah jangan sampai jadi pamalih. Jadi itu jawabannya, tergantung takdir Allah SWT,” pungkasnya. (rr)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *