Diskusi Preview Film Suamiku Lukaku Kampanye Lawan KDRT

  • Whatsapp
Diskusi preview film Suamiku Lukaku (foto: istimewa)

Yogyakarta, beritalima.com| – Diskusi bertema “KDRT di Sekitar Kita, Apa Yang Harus Dilakukan?” bersamaan preview atau pratinjau film garapan SinemArt berjudul “Suamiku, Lukaku”, digelar Komunitas Perempuan Berkebaya (KPB) bekerjasama dengan SinemArt serta Museum Omah Jayeng dan Garin Art Lab di Museum Omah Jayeng, Yogyakarta (9/11).

Pratinjau film “Suamiku, Lukaku” selama 15 menit membawa pesan tentang realita kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) ada di sekitar kita, bahkan mungkin lebih parah dari apa yang berusaha ditangkap melalui film ini.

Setawijaya sebagai ketua Yayasan Museum Omah Jayeng yang juga pengajar di Akademi Film Yogyakarta (AFY), Sharad Sharan selaku produser dan sutradara film Suamiku, Lukaku serta Nurmawati yang aktif melakukan aktivitas pencegahan KDRT dari Rifka Annisa Women’s Crisis Center (WCC), turut hadir sebagai penanggap diskusi yang dimoderatori oleh Ketua Komunitas Perempuan Berkebaya Lia Nathalia.

“Terus terang saya shock melihat secara eksplisit seperti itu,” kata Setawijaya menanggapi film “Suamiku, Lukaku” yang rencana akan tayang di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia sekitar kwartal pertama 2026.

Film “Suamiku, Lukaku” menampilkan Boim Wong yang beradu peran dengan Acha dikombinasikan dengan akting dari Ayu Azhari, Raline Shah, dan Mathias Muchus, layak untuk dinantikan kehadirannya.

“Adegan-adegan yang Anda lihat itu semua dari kisah true story, tidak ada satu sceen pun yang imajinasi,” kata Sharad seraya menggambarkan parahnya kasus KDRT di negara-negara tenpat ia pernah bermukim seperti di India, Malaysia, Singapura, dan bahkan Indonesia.

“Melalui film ini saya ingin berbuat sesuatu untuk perempuan. Mereka adalah generator dari kemanusiaan,” kata Sutradara film Pura-Pura Nikah

Sharad menambahkan, “Suamiku, Lukaku” setidaknya ada lima jenis KDRT yang coba digambarkan. Sementara Nurmawati dari Rifka Anisa WWC mengakui, perempuan sebagai korban KDRT memang masih berada di puncak tertinggi data, baik global mau pun di lingkup Yogyakarta..

“Ada dominasi laki-laki. Itu bukan salah laki-laki, tapi faktor budaya yang kita kenal dengan budaya patriarki, yang mana budaya ini memposisikan laki-laki itu manusia lebih unggul, inferior dan perempuan itu yang superior. Jadi ada ketimpangan relasi antara laki-laki dan perempuan,” ujar Nurmawati tentang penyebab KDRT umumnya.

“KDRT paling tinggi adalah kekerasan terhadap istri,” Nurmawati menggarisbawahi.

Sayangnya sampai saat ini para korban KDRT banyak yang belum berani melaporkan kekerasan alias diam, karena beragam pertimbangan, termasuk soal ekonomi dan status sosial di masyarakat.

Sharad Sharan menyampaikan proses pembuatan film “Suamiku, Lukaku” melibatkan perempuan di semua proses termasuk sutradara, juru kamera dan lain-lain adalah perempuan dan para aktor yang berperan adalah yang diyakini sangat kuat karakternya.

Film “Suamiku, Lukaku” menjadi film yang dapat menjadi salah satu media edukasi untuk melakukan pencegahan KDRT.

Jurnalis: rendy/abri

 

 

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait