Dituding Cawali Bonek, Lia Istifhama Kian Dikenal

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com | Nama Lia Istifhama, dalam bursa Pilwali Surabaya, Jawa Timur, sudah tak asing lagi bagi warga kota Pahlawan. Apalagi, setelah ia dituding Bonek alias bondo nekad, namanya kian dikenal.

Pasalnya, figur Lia justru yang dianggap mumpuni secara pengalaman politik dan berorganisasi dan layak menjadi pemimpin.

“Ning Lia ini berbeda. Ia bukan komisaris, bukan anggota dewan, bukan dari kalangan pejabat birokrat, tapi buktinya ia sampai sekarang terus menunjukkan kiprahnya. Bahkan label bahwa ia diterima semua kalangan, diterima semua masyarakat, itu masih terpatri. Saya sendiri sempat hadir ketika ning Lia mengisi di sarasehan FSSN (Forum Silaturahmi Spritual Nusantara), itu lembaga yang isinya banyak orang penghayat kepercayaan. Ning Lia sebagai narasumber disana. Ternyata, ning Lia ini diterima dengan baik. Meski sebenarnya tema yang ia jelaskan pasti bukan bidangnya yang kita kenal latar belakang nahdliyinnya kuat,” kata warga Pakal, Sapri.

Terpisah, ketika dikonfirmasi terkait kehadirannya pada kegiatan komunitas yang mayoritas penghayat kepercayaan, Lia istifhama mengaku tidak menunjukkan sikap bersinggungan.

“Saya memandang mereka sebagai sama-sama bagian anak bangsa. Itu saja sih. Jadi tidak perlu lah kesan mereka merasa dianggap minor. Sudah saatnya mereka merasa sama dengan lingkungan sekitarnya. Adaptif, membaur dan tidak perlu ada gesekan pandangan. Kalau perbedaan kan wajar ya, yang penting tidak sampai jadi masalah personal antar warga. Begitupun yang mayoritas, seperti saya misalnya. Saya orang NU hidup di lingkungan yang hampir semuanya NU, ya harus menerima dengan baik jika ketemu atau berdampingan dengan mereka yang penghayat kepercayaan. Saling tepo seliro dan seduluran. Saya sendiri bersyukur buktinya diterima baik oleh mereka. Ini sama halnya ketika saya masuk ke masyarakat yang mayoritas akar rumput PDIP. Saya bersyukur mereka semua baik dan menganggap saya sebagai kawan, saudara mereka. Ini lho yang paling harus disyukuri. Tidak usah dikit-dikit bawa nuansa pilwali apalagi main klaim,” tuturnya.

Lia tidak menampik perihal ke-bonek-annya.
“Iya memang saya bukan orang elitis. Saya yah seperti orang Surabaya pada umumnya. Punya kerjaan dengan gaji standart, dan punya kewajiban di rumah. Simpelnya, bukan yang ongkang-ongkang duduk manis gaji gede alias magabut ya. Makan gaji buta. Nah, ini yang bagi saya justru saya syukuri. Dengan begitu saya menghargai setiap proses sebagai hal yang penuh hikmah,” tambahnya.

Menurutnya lagi, kalau mau maju Pilwali, tidak harus kaya. “Saya ingin, hadirnya saya dalam pilwali Surabaya, terlepas apa kata nanti yah, yang penting ini menjadi edukasi politik. Semua anak bangsa, semua arek Suroboyo memiliki kans membangun tanah kelahirannya. Jadi harus semangat, wani, kendhel, gak usah kuatir meski dipandang sebelah mata hanya karena kita ini bukan dari kalangan konglomerat,” pungkasnya. (Red).

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *