JAKARTA, Beritalima.com– Politisi senior yang juga Wakil Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) partai Gelora Rakyat (Gelora) Indonesia, Fahri Hamzah mengingatkan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jendral TNI Purnawirawan Moeldoko untuk tidak gampang menuduh orang dan mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang tidak perlu.
Peringatan tersebut disampaikan Fahri terkait aksi deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) di Kota Surabaya, Jawa Timur yang dihadiri mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo beberapa waktu lalu. Aksi itu ‘mencuri’ perhatian Istana, termasuk Moeldoko. Dia menyebut, kehadiran Gatot sudah mengganggu stabilitas politik, sehingga perlu tindakan lanjutan yang ditempuh.
Menyinggung sikap Moeldoko, Fahri Hamzah dalam keterangan tertulis yang diterima Beritalima.com, Jumat (2/10) malam menyatakan, tidak seharusnya Moeldoko menuding dan menganggap telah mengganggu stabilitas politik.
“Gampang banget orang dituduh mengganggu stabilitas politik. Sikap para pembantu Jokowi dalam melihat oposisi dan suara-suara kritis masih memakai kacamata pra-reformasi dan pra-demokrasi. Padahal presiden berkali mengatakan bahwa sikap kritis tak menghalangi untuk bersahabat atau jangan-jangan banyak anggota kabinet yang punya agenda pribadi?” sebut dia.
Dikatakan Fahri, waktu memberikan Bintang Mahaputra ke dirinya dan Fadli Zon, Jokowi mengatakan kepada dirinya, kritik adalah perbedaan dan tidak menghalangi berteman. “Beliau (Presiden Jokowi) bilang, “pak Fadli Zon dan pak Fahri Hamzah teman baik saya…”. Jadi kata pak Jokowi pengritik itu teman baik,” sebut Fahri mengutip Jokowi.
Menurut Fahri, pengritik bukan sekedar teman pemerintah, malah teman sejati. Bahkan keberadaan oposisi adalah syarat demokrasi. “Namun, Pemerintah selalu nampak mengirim sinyal ganda. Gamang di depan Corona, gamang juga di depan oposisi. Kepercayaan diri pemerintah dan negara nampak dari sikap menghadapi oposisi dan perbedaan pendapat.
Dan, semakin tenang, nampak besar dan gagah kuasa. Semakin panik, ia nampak makin kecil dan lemah,” sebut dia.
Fahri mengingatkan, saat ini semua menghadapi bencana besar. Dan, dalam kondisi seperti ini Pemerintah harus bisa mempersatukan bangsa menghadapi pandemi Covid-19. Belum lagi, setelah krisis kesehatan ini, dihadapkan pula dengan resesi.
“Kalau tidak bersatu, kita bakal menjadi korban. Kenapa kita memilih jadi korban? Jadi, kita berharap para Pemimpin memahami situasi. Lalu dengan cara yang arif memimpin sebuah orkestra rekonsiliasi,” ujar politisi kelahiran Sumbawa 10 Nopember 1971 ini.
Yang dirasakan saat ini, kata Fahri, sama sekali orang tidak boleh kritik dan berpendapat. Harus satu suara dengan negara. Pemerintah harus menjadi kiblat bagi sikap positif bersama.
“Jadi please, jangan gampang orang dituduh mengganggu stabilitas politik. Pemerintah sipil tapi kosa katanya militer…militer zaman baheula. Semoga saran sederhana dimengerti. Karena ini adalah ide yang sangat elementer. Tapi jika ini saja sulit dipahami ya nggak apa-apa. Kita hanya perlu bersabar. Sampai batas kesabaran masih ada. Dan sampai pemerintah masih sanggup bertahan,” demikian Fahri Hamzah. (akhir)