KUPANG, beritalima.com — Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur bersama Akademisi dari Universitas Nusa Cendana Kupang, mengapresiasi Wartawan Victory News Yapi Manuleus yang ikut dalam penulisan buku dengan judul ‘Kabar Baik dari Laut Walacea’ yang dicetuskan Burung Indonesia bersama Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ).
Bahkan mereka mendukung jika usai diterbitkan buku mengenai Konservasi laut menjadi mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) khususnya di wilayah Solor dan Lembata yang menjadi kawasan garis Walacea.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT Sulasstri H. I. Rasyid, S. PI., M. SI, pada
Kegiatan Ngabuburit Konservasi “Kabar Baik dari Laut Walacea” Desiminasi Liputan Bertajuk “Lumbung Ikan Masyarakat Adat di Lembata dan Solor, di Aula Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jumat(14/3/2025) menjelaskan bahwa Muro yang ditetapkan di wilayah Lembata dan Kebang yang ada di Solor sudah mendapatkan SK Gubernur NTT pada tahun 2014 untuk menguatkan, sehingga bisa benar-benar ditaati dan terus dilestarikan oleh masyarakat NTT maupun masyarakat secara umum.
Bahkan kedua Konservasi ini pun katanya sudah mendapatkan SK dari Kementerian sehingga sangat menguatkan konservasi tersebut.
“Tapi jangankan SK Menteri, SK Kepala Desa pun sudah sangat kuat,” Katanya dalam diskusi itu.
Ia pun mengaku sangat mendukung penuh Konservasi karena bisa menjaga semua biota laut sehingga wilayah NTT tetap kaya akan keindahan laut yang begitu memukau.
“Ini sangat baik, kita semua harus mendukung. Karena kalau kita tidak mendukung maka suatu ketika, Anak-anak kita bisa kenal jenis ikan hanya dari foto dan gambar, tapi mereka tidak lagi melihat langsung bentuk ikan itu seperti apa”, ujarnya.
Walaupun katanya ada beberapa catatan mengenai buku itu yang ditulis tanpa adanya kerja sama bersama Dinas Kelautan dan Perikanan, namun dirinya tetap mendukung karena Konservasi merupakan suatu gebrakan demi kehidupan kedepan.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT Mery M. Foenay, S.Pi, MP pada kesempatan itu menambahkan bahwa Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT saat ini mempunyai sebanyak 85 Pos Pengawasan yang anggotanya terdiri dari masyarakat lokal untuk menjaga lokasi-lokasi yang dilakukan Konservasi.
Namun, pihaknya sangat mengapresiasi dengan ditambahnya sebuah buku tentang “Lumbung Ikan Masyarakat Adat di Lembata dan Solor” yang nantinya akan dapat menjadi bahan sosialisasi bagi Dinas Kelautan dan Perikanan dan juga masyarakat secara umum.
“Ini sangat hebat. Karena memang laporan yang kita dapat itu pada tahun-tahun lalu kejadian pemboman ikan di Solor maupun Lembata itu sangat hebat. Nah, sekarang kita tidak pernah dapat laporan lagi,” katanya.
“Terima kasih kaka wartawan sudah bersedia ikut menulis buku ini. Maka ini akan jadi bahan sosialisasi bagi kami di DKP,” Katanya lagi.
Sementara itu, Akademisi Lingkungan dari FKIP Universitas Nusa Cendana Kupang Dr. Hamzah Wulakada, pada kesempatan itu mengungkapkan bahwa lokasi-lokasi yang ada di Lembata maupun Solor yang diterapkannya Muro maupun Kebang sebenarnya merupakan lokasi yang sangat vital yang kaya akan biota laut dan mutiara.
Di lokasi itu juga katanya baik itu darat maupun laut saling menafkahi satu sama lain. Sehingga katanya dengan adanya buku mengenai “Lumbung Ikan Masyarakat Adat di Lembata dan Solor” dapat menjadi pemicu awal untuk Bisa dikaji secara mendalam bagaimana kita terus menjaga kawasan laut dan segala isinya.
“Ini sangat menarik, karena itu saya coba sarankan Ibu Kadis agar buku ini bisa menjadi Mata Pelajaran lokal yang bisa diterapkan di sekolah. Khusus mereka disana”, tutupnya.
Sementara itu, Wartawan Victory News Yapi Manuleus pada kesempatan itu pun menyampaikan terima kasih kepada Burung Indonesia dan juga SIEJ yang sudah merekomendasikannya untuk terlibat dan ikut sebagai penulis buku tersebut.
Ia menambahkan bahwa awalnya dirinya tidak bermimpi bisa menjadi penulis buku, namun karena kegigihan dan kerja kerasnya bisa mendapatkan hasil yang begitu baik.
“Pada tahun kemarin di 2024, saya difasilitasi untuk turun ke Desa Bubu Atagamu yang ada di Solor Selatan yang merupakan lokasi Kebang dilakukan. Disitu saya menuliskan apa saja yang saya lihat, dengar dan rasakan. Saya tuliskan dalam bentuk feature. Karena memang penulisan buku itu berbeda dengan penulisan berita yang selama ini saya buat”, kata Wartawan yang sudah enam tahun di Victory News tersebut.
Begitu juga katanya di wilayah Lembata yang diselenggarakan nya Muro. Di lokasi itu apa saja yang dilihat dan didengar dan dirasakannya dituliskan dalam bentuk feature.
“Waktu tiba di Lembata, saya ketemu dengan Direktur Barakat Pak Beni dan dalam penjelasannya dia mengatakan bahwa ada lima titik Muro yang diberlakukan di wilayah Lembata. Saya tanyakan Muro mana yang paling ditaati, pak Ben menyatakan bahwa Muro yang ada di Desa Tapobaran. Maka saya memfokuskan tulisan di lokasi itu,” ujarnya.
Pada kesempatan ini pun dirinya menyampaikan syukur dan terima kasih kepada semua pihak yang sudah mendukung nya selama ini dalam menulis sebuah buku.
“Kata orang Buku itu adalah Jendela Dunia. Maka mari kita terus berupaya menciptakan Jendela-jendela itu, demi membawa terang bagi semua orang”, ujarnya.*




