Dokter, “Burungku Keok” Apa Obatnya?

  • Whatsapp

Oleh :
DR dr.Robert Arjuna FEAS *
Masalah burung keok merupakan hal yang penting dalam kehidupan rumah tangga, pada umumnya minta obat kuat untuk dikomsumsi tapi bukan cari penyebabnya.Disfungsi Ereksi atau dikenal istilah Impotensi adalah sebuah penyakit terberat dalam kehidupan rumah tangga, sering orangnya berakhir dengan perceraian atau pemisahan ranjang disebabkan alat vital tidak bisa melaksanakan tugas dengan bsik dan sempurna,sehingga sering dijumpai istri berselingkuh dengan orang lain….

Disfungsi ereksi merupakan momok bagi kaum pria. Namun, tidak sedikit pria dengan masalah ereksi merasa malu dan enggan untuk berkonsultasi ke dokter, padahal disfungsi ereksi bisa diatasi jika penyebabnya telah diketahui.
Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk berhubungan seksual. Terdapat 3 kondisi yang bisa menjadi tanda-tanda gangguan ereksi, yaitu
1. Tidak bisa ereksi,
2. Bisa ereksi tetapi hanya sebentar,
3. Kurangnya gairah seks.

Disfungsi ereksi adalah kondisi yang dapat menurunkan rasa percaya diri bagi kaum pria. Kondisi ini akan mempengaruhi hubungan seksual dengan pasangannya dan bisa menjadi salah satu tanda adanya penyakit tertentu.

Saat seseorang mengalami gejala disfungsi ereksi (DE), maka dapat menyebabkan depresi, stres, dan harga diri rendah. Walaupun termasuk gangguan seksual yang paling umum pada pria, sayangnya banyak orang menganggap remeh dan merasa tabu untuk membicarakannya. Padahal jika terlambat menyadari tanda dan gejala awal disfungsi ereksi, penanganan pun juga ikut terlambat.

APA ITU DYSFUNGSI EREKSI ?
Disfungsi ereksi (DE)dikenal sebagai impotensi, terjadi ketika pria tidak bisa mendapatkan atau mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk kepuasan seksual kedua pasangan. Kondisi ini terbilang umum dialami oleh pria. Sebuah studi tahun 2007 yang diterbitkan dalam American Journal of Medicine mencatat risiko impotensi meningkat seiring bertambahnya usia.

PREVALENSI
Berdasarkan riset Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), prevalensi DE pada pria berusia 20-80 tahun di Indonesia cukup tinggi yaitu mencapai 35,6% dan angka kejadian yang terus meningkat seiring bertambahnya usia.
Terkadang, banyak pria keliru menganggap DE sebagai masalah seksual lainnya karena tak jarang gangguan ini dapat terjadi bersamaan. Beberapa masalah seksual lain yang sering dikaitkan dengan disfungsi ereksi adalah:
1. Libido rendah berarti memiliki penurunan minat dalam keintiman seksual.
2. Ejakulasi dini ketika ejakulasi terjadi terlalu cepat setelah penetrasi.
3. Ejakulasi tertunda saat ejakulasi membutuhkan waktu lama setelah penetrasi.
4. Anorgasmia ketika tidak dapat orgasme meskipun sudah mendapatkan rangsangan seksual.

PENYEBAB BISA DISEBABKAN AKIBAT
A. Gangguan PISIK
1. Penyakit jantung dan penyempitan pembuluh darah
2. Diabetes Mellitus
3. Tekanan darah tinggi,
4. Kolesterol tinggi
5. Obesitas dan sindrom metabolik,
6. Penyakit Parkinson,
7. Gangguan hormonal, termasuk kondisi tiroid dan defisiensi testosteron,
8. Kelainan struktural atau anatomi penis, seperti penyakit Peyronie,
9. Perawatan untuk penyakit prostat,
10. Komplikasi bedah,
11. Cedera pada daerah panggul atau sumsum tulang belakang, dan
12. Terapi radiasi ke daerah panggul.

B. Gangguan PSIKOLOGIS
1. Merasa bersalah,
2. Stress berat
3. Takut akan keintiman
4. Depresi
5. Kecemasan berat, dan
6. Masalah hubungan dengan pasangan.

FAKTOR RESIKO PENYEBAB DYSFUNGSI EREKSI :
1. Kelebihan berat badan atau obesitas.
2. Perawatan medis tertentu, seperti operasi prostat atau pengobatan radiasi untuk kanker.
3. Cedera, terutama jika merusak saraf atau pembuluh darah yang mengontrol ereksi.
4. Pengaruh obat-obatan, termasuk antidepresan, antihistamin, dan obat-obatan untuk mengobati kondisi tekanan darah tinggi, nyeri, atau prostat.
5. Kebiasaan merokok yang membatasi aliran darah ke pembuluh darah dan arteri.
6. Penggunaan narkoba dan kecanduan alkohol.

Disfungsi ereksi memengaruhi pria dari segala ras dan negara. Umumnya, impotensi terjadi saat pria memasuki usia tua, lebih banyak diderita oleh pria umur 40 tahun atau lebih.Sebuah studi pada tahun 2019 menyebutkan bahwa prevalensi pria yang mengalami disfungsi ereksi sekitar 35,6% pada pria berusia 20 hingga 80 tahun di Indonesia.
Studi tersebut juga mengungkapkan risiko impotensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi disfungsi ereksi berkisar 6,5% pada kelompok usia 20-29 tahun hingga 88% pada kelompok usia 60 tahun ke atas.
Kondisi kesehatan, seperti hipertensi, stroke, diabetes, penyakit ginjal, riwayat penyakit jantung, riwayat operasi prostat, dan stres juga secara signifikan terkait dengan disfungsi ereksi.

TANDA DYSFUNGSI EREKSI
Disfungsi ereksi terjadi selama proses ereksi berlangsung. Ereksi adalah hasil dari peningkatan aliran darah ke penis. Biasanya, aliran darah dirangsang oleh pikiran seksual atau kontak langsung dengan penis.

Gejala disfungsi ereksi yang paling umum adalah
1. Kesulitan mendapatkan ereksi
2. Kesulitan mempertahankan ereksi selama aktivitas seksual. Selain itu,
3. Impotensi juga tidak mengalami ereksi di pagi hari.
4. Berkurangnya gairah seks dan hilangnya sensitivitas di penis.

FAKTOR PENYEBAB
1. Faktor penyakit
Seperti:Tekanan darah tinggi,Penyakit jantung,Aterosklerosis,Diabetes,Obesitas,Sindrom metabolik,Penyakit Peyronie Gagal ginja Sirosis Hemokromatosis SklerodermaPenyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
Ketidakseimbangan hormon tertentu juga cukup sering menjadi penyebab disfungsi ereksi. Kondisi tersebut antara lain
a. hipertiroid (kelebihan hormon tiroid),
b. hipotiroid (kekurangan hormon tiroid),
c. hiperprolaktinemia (kelebihan hormon prolaktin)
d. hipogonadisme yang menyebabkan kekurangan hormon testosteron.

2. Faktor psikologis
Ereksi dimulai dengan adanya gairah seksual saat terdapat rangsangan. Namun, rangsangan seksual bisa tidak berpengaruh jika pria mengalami stres, depresi, kecemasan, atau masalah psikologis lainnya, seperti widower syndrome yang muncul ketika pria kehilangan istrinya.

3. Faktor obat-obatan
Diantaranya adalah:
a. Antidepresan
b. Antipsikotik
c. Antihipertensi
d. Obat kanker prostat
e. Obat penurun kolesterol
f. Kokain atau ganja
g. Alkohol

4. Faktor cedera
Cedera pada tulang belakang, tulang panggul, atau penis, seperti penis patah, yang menyebabkan kerusakan saraf atau pembuluh darah berisiko menyebabkan disfungsi ereksi. Cedera bisa berupa cedera yang besar maupun cedera yang kecil tapi terjadi berulang-ulang.Contohnya adalah cedera kecil pada bagian area pangkal penis akibat mengendarai sepeda dalam waktu lama. Meski begitu, sekarang sudah banyak sepeda yang dirancang khusus untuk menghindari risiko ini.

5. Faktor tindakan medis
Salah satu Tindakan medis yang paling berisiko menyebabkan disfungsi ereksi adalah operasi pada prostat dan kandung kemih.Selain itu, tindakan medis pada otak, tulang belakang, dan tulang panggul juga dapat menumbulkan risiko yang sama. Contohnya adalah terapi radiasi untuk kanker usus besar dan operasi pengangkatan usus besar.

6. Gangguan Saraf
Beberapa kondisi neurologis dapat meningkatkan risiko impotensi. Apabila terjadi gangguan pada saraf, maka akan mempengaruhi kemampuan otak untuk berkomunikasi dengan sistem reproduksi sehingga dapat mencegah tercapainya ereksi.Gangguan neurologis yang berhubungan dengan impotensi meliputi:
A. Penyakit alzheimer
B. Penyakit Parkinson
C. Tumor otak atau tulang belakang
D. Sklerosis multipel (MS)
E. Epilepsi lobus temporal
F. Pria yang pernah menjalani operasi prostat juga bisa mengalami kerusakan saraf, yang mengakibatkan impotensi.
G. Pengendara sepeda yang biasa berkendara jarak jauh bisa mengalami impotensi sementara. Penyebabnya karena tekanan berulang pada bokong dan alat kelamin yang dapat mempengaruhi fungsi saraf.
H. Honsumsi obat-obatan tertentu

7. Faktor emosional
Ereksi dapat diperoleh jika Anda mencapai fase kegembiraan yang dapat berupa respon emosional. Maka dari itu, gangguan emosional tentu akan mempengaruhi kemampuan Anda untuk menjadi bersemangat secara seksual. Depresi dan kecemasan akan meningkatkan risiko impotensi. Rasa cemas dan ketakutan tidak mampu menyenangkan pasangan juga dapat menyebabkan impotensi.

8. Gaya hidup
Penyalahgunaan obat-obatan seperti kokain dan amfetamin juga dapat menyebabkan impotensi. Selain itu, pria yang memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol dan alkoholisme dapat mempengaruhi kemampuannya untuk mencapai atau mempertahankan ereksi.

DIAGNOSA PENUNJANG
1. Tes fisik atau pemeriksaan penis dan testis.
2. Tes darah dan urine untuk memeriksa masalah seperti diabetes, penyakit jantung, dan testosteron rendah.
3. Tes kesehatan mental dan psikologis yang dapat mengungkapkan apakah Anda mengalami stres, depresi, atau masalah lain yang dapat menyebabkan DE
4. USG untuk melihat apakah masalah aliran darah mempengaruhi penis Anda.
5. Hasil pemeriksaan ini akan membantu menentukan apakah disfungsi ereksi Anda bersifat fisik atau mental.

PENGOBATAN
1. Obat-obatan minum untuk melancarkan aliran darah ke penis, misalnya viagra
2. Obat injeksi yang disuntikkan secara mandiri ke pangkal penis
3. Obat supositoria, yang dimasukkan ke penis secara langsung
4. Obat hormonal, seperti testosteron, untuk mengatasi kekurangan akan hormon
5. Psikoterapi
Jika disfungsi ereksi disebabkan oleh faktor psikologis, misalnya akibat stres atau depresi, dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk berkonsultasi kepada psikolog. Psikoterapi yang tepat diketahui dapat mengatasi disfungsi ereksi, bahkan tanpa bantuan obat.

APAKAH IMPOTENKU BISA SEMBUH ..?
Meskipun DE itu sendiri tidak berbahaya, itu bisa menjadi peringatan untuk kondisi berbahaya seperti penyakit jantung, diabetes, atau masalah pada prostat. Cara paling aman untuk mengobati impotensi yaitu dengan melakukan perubahan gaya hidup dengan mengonsumsi makanan untuk mengatasi disfungsi ereksi seperti daging organik, ikan berlemak, tiram, ABC (Apel, Berry, dan Cherry), hingga pisang.Pengobatan juga akan disesuaikan oleh penyebabnya untuk mengurangi gejalanya. Terapi testosteron juga mungkin akan direkomendasikan sebagai pengobatan awal disfungsi ereksi.

Sexual Health Inventory for Men (SHIM)
1. Bagaimana kepercayaan diri Anda dalam mencapai dan mempertahankan ereksi?
A. Sangat rendah
B. Rendah
C. Sedang
D. Tinggi
E. Sangat tinggi

2. Ketika Anda mencapai ereksi melalui rangsangan seksual, seberapa sering ereksi tersebut cukup keras untuk dapat melakukan penetrasi (senggama) pada pasangan Anda?
A. Hampir tidak pernah atau tidak sama sekali
B. Hanya beberapa kali (kurang dari separuhnya)
C. Kadang-kadang (sekitar separuhnya)
D. Sering kali (lebih dari separuhnya)
E. Hampir selalu atau selalu

3. Selama bersenggama, seberapa sering Anda dapat mempertahankan ereksi tersebut setelah Anda melakukan penetrasi pada pasangan Anda?
A. Hampir tidak pernah atau tidak sama sekali
B. Hanya beberapa kali (kurang dari separuhnya)
C. Kadang-kadang (sekitar separuhnya)
D. Sering kali (lebih dari separuhnya)
E. Hampir selalu atau selalu

4. Selama bersenggama, seberapa sulit bagi Anda untuk mempertahankan ereksi hingga senggama selesai?
A. Sangat sulit sekali
B. Sangat sulit
C. Sulit
D. Agak sulit
E. Tidak sulit

5. Ketika Anda mencoba bersenggama, seberapa sering aktivitas tersebut dapat memuaskan diri Anda?
A. Hampir tidak pernah atau tidak sama sekali
B. Hanya beberapa kali (kurang dari separuhnya)
C. Kadang-kadang (sekitar separuhnya)
D. Sering kali (lebih dari separuhnya)
E. Hampir selalu atau selalu
F. Jumlahkan skor jawaban dari setiap pertanyaan, kemudian Anda bisa melihat interpretasi hasilnya seperti berikut ini.
22 – 25: Tidak terjadi disfungsi ereksi
17 – 21: Disfungsi ereksi ringan
12 – 16: Disfungsi ereksi ringan hingga sedang
8 – 11: Disfungsi ereksi sedang
5 – 7: Disfungsi ereksi berat
Erection Hardness Score (EHS)
Kedua, Anda bisa membandingkan derajat kekerasan ereksi melalui hasil observasi mandiri, yang kemudian dibandingkan dengan Erection Hardness Score (EHS).
Untuk mempermudah orang awam dalam memahaminya, derajat kekerasan ereksi juga dapat dianalogikan dengan empat jenis makanan seperti berikut ini.
A. Derajat 1 (tahu/tofu): penis besar, tetapi tidak keras.
B. Derajat 2 (pisang yang sudah dikupas): penis besar dan keras, tetapi tidak cukup keras untuk penetrasi.
C. Derajat 3 (pisang tidak dikupas): penis besar dan cukup keras untuk penetrasi, tetapi tidak keras sepenuhnya.
D. Derajat 4 (mentimun): penis besar dan keras sepenuhnya.
Semoga test ini merupakan evaluasi diri untuk penyakit dysfungsi Ereksi kiranya sajikan kami bisa membantu anda untuk penangan disfungsi ereksi.Disfungsi ereksi tidak selalu bisa sembuh dengan sendirinya. Dalam beberapa kasus, terutama jika penyebabnya adalah masalah psikologis, kondisi ini bisa membaik tanpa pengobatan maupun tindakan medis. Misalnya, jika penyebabnya adalah stres atau kecemasan, impotensi bisa membaik apabila kedua faktor tersebut teratasi.
RobertoNews 1834《2.9.24(06.00)》
* Praktisi Dokter & Penulis Ilmu Kesehatan

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait