Oleh :
DR.dr,Robert Arjuna FEAS*
Bu Saodah sedang membawa anak.lesayangnya 5th laki lagi menunggu giliran di dokter anak dia bilang anaknya sakit polio.kedua tungkai lemah.tak.bosa jalan.normal.berbeda dengan.anak.Bu Kasiman juga terkena polio anak laki 6 th kedua tungkai Lemah yang awal demam tinggi lain halnya dengan bu Tukiman yang anak.8 tahun udah 3 tahun sakit poloo kedua tungkai masih lumpuh total.ke3 ibu ini sedsng menunggi antrian poli anak di RS Sutomo surabaya.
Dari beragamnya penyakit yang bisa menyebabkan kelumpuhan pada tubuh, penyakit polio merupakan salah satu yang mesti diwaspadai. Penyakit ini disebabkan oleh virus polio yang merusak sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan nyeri, bahkan merusak saraf motorik.
Rusaknya saraf-saraf motorik ini yang menyebabkan kelumpuhan otot pada pengidapnya. Contohnya, seperti: ketidakmampuan untuk menggerakan tungkai atau bagian tubuh lain. Pada kasus yang berat, penyakit ini sering terjadi pada kaki. Penyakit ini bisa memengaruhi kemampuan bernapas, menelan, kelumpuhan, bahkan kematian. Sungguh mengkhawatirkan, bukan?
JENIS POLIO
Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus Polio terdiri dari 3 strain yaitu
1. strain-1 (Brunhilde),
2. strain-2 (Lansig),
3. Strain-3 (Leon), termasuk family Picornaviridae.
Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang akibat infeksi virus.
Virus polio yang ditemukan dapat berupa
1. virus polio vaksin/sabin/VDVP
2. Virus polio liar/WPV (Wild Poliovirus) dan VDPV (Vaccine Derived Poliovirus).
VDVP merupakan virus polio vaksin/sabin yang mengalami mutasi dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
VDPV diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu
1). Immunodeficient-related VDPV (iVDPV) berasal dari pasien imunodefisiensi,
2). Circulating VDPV (cVDPV) ketika ada bukti transmisi orang ke orang dalam masyarakat,
3). Ambiguous VDPV (aVDPV) apabila tidak dapat diklasifikasikan sebagai cVDPV atau iVDPV.
Penetapan jenis virus yang dimaksud, ditentukan berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Identifikasi VDPV berdasarkan tingkat perbedaan dari strain virus OPV. Virus polio dikategorikan sebagai VDPV apabila terdapat perbedaan lebih dari 1% (>10 perubahan nukleotida) untuk virus polio tipe 1 dan 3, sedangkan untuk virus polio tipe 2 apabila ada perbedaan lebih dari 0,6% (>6 perubahan nukleotida).
EPIDERMIOLOGI
Polio dapat menyerang pada usia berapa pun, tetapi polio terutama menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. Pada awal abad ke-20, polio adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti di negara-negara industri, melumpuhkan ratusan ribu anak setiap tahun. Pada tahun 1950an dan 1960an polio telah terkendali dan praktis dihilangkan sebagai masalah kesehatan masyarakat di negara-negara industry. Hal ini setelah pengenalan vaksin yang efektif.
Situasi di Indonesia
Setelah dilaksanakan PIN Polio tiga tahun berturut-turut pada tahun 1995, 1996 dan 1997, virus polio liar asli Indonesia (indigenous) sudah tidak ditemukan lagi sejak tahun 1996. Namun pada tanggal 13 Maret 2005 ditemukan kasus polio importasi pertama di Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kasus polio tersebut berkembang menjadi KLB yang menyerang 305 orang dalam kurun waktu 2005 sampai awal 2006. KLB ini tersebar di 47 kabupaten/kota di 10 provinsi. Selain itu juga ditemukan 46 kasus Vaccine Derived Polio Virus (VDPV) yaitu kasus Polio yang disebabkan oleh virus dari vaksin, yang terjadi apabila banyak anak yang tidak di imunisasi, dimana 45 kasus di antaranya terjadi di semua kabupaten di Pulau Madura dan satu kasus terjadi di Probolinggo, Jawa Timur. Setelah dilakukan Outbreak Response Immunization (ORI), dua kali mop-up, lima kali PIN, dan dua kali Sub-PIN, KLB dapat ditanggulangi sepenuhnya. Kasus Virus Polio Liar (VPL) terakhir yang mengalami kelumpuhan ditemukan pada tanggal 20 Februari 2006 di Aceh. Sejak saat itu hingga sekarang tidak pernah lagi ditemukan kasus Polio di Indonesia.
Situasi Global
Kasus polio pertama kali pada 1580 – 1350 SM, Inskripsi Mesir kuno menggambarkan pendeta muda dengan kaki sebelah kiri yang memendek dan mengecil, telapak kaki pada posisi equinus, yang merupakan gambaran keadaan klinik lumpuh layu.Pada 1988, sejak Prakarsa Pemberantasan Polio Global dimulai, lebih dari 2,5 miliar anak telah diimunisasi polio. Sekarang masih terdapat 3 negara endemis yang melaporkan penularan polio yaitu Afganistan, Pakistan dan Nigeria. Pada Juni 2018, dilaporkan adanya kasus polio di negara tetangga Papua New Guinea, sehingga diperlukan adanya peningkatan kewaspadaan dini terhadap masuknya virus polio ke Indonesia.
TANDA POLIO
Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari.Kebanyakan orang terinfeksi (90%) tidak memiliki gejala atau gejala yang sangat ringan dan biasanya tidak dikenali. Pada kondisi lain, gejala awal yaitu demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan nyeri di tungkai. Adapun gejala Penderita polio dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
Polio non-paralisis dapat mnyebabkan
1. muntah,
2. Lemah otot,
3. demam,
4. Meningitis
5. Letih, sakit tenggorokan
6. Sakit kepala serta kaki, tangan, leher
7. Punggung terasa kaku dan sakit
Polio paralisis menyebabkan
1. sakit kepala,
2. Demam,
3. lemah otot
4. kaki dan lengan terasa lemah,
5. Kehilangan refleks tubuh.
Sindrom pasca-polio menyebabkan
1. sulit bernapas atau menelan,
2. Sulit berkonsentrasi,
3. Lemah otot,
4. depresi,
5. gangguan tidur dengan kesulitan bernapas
6. mudah lelah dan massa otot tubuh menurun.
TRANSMISI KE TUBUH
Polio menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika seorang anak terinfeksi virus polio liar, virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus. Ini kemudian dibuang ke lingkungan melalui faeces di mana ia dapat menyebar dengan cepat melalui komunitas, terutama dalam situasi kebersihan dan sanitasi yang buruk. Virus tidak akan rentan menginfeksi dan mati bila seorang anak mendapatkan imunisasi lengkap terhadap polio. Polio dapat menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses. Ada juga bukti bahwa lalat dapat secara pasif memindahkan virus polio dari feses ke makanan. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus polio tidak memiliki tanda-tanda penyakit dan tidak pernah sadar bahwa mereka telah terinfeksi. Orang-orang tanpa gejala ini membawa virus dalam usus mereka dan dapat “diam-diam” menyebarkan infeksi ke ribuan orang lain.
DIAGNOSA PENUNJANG
1. Test darah lengkap
2. Test faeces
PENGOBATAN
1. Antibiotik golongan choloramphenicol
2. Antispsmodik
3. Antt demam
4. Makan bubur
Penemuan dini dan perawatan dini untuk mempercepat kesembuhan dan mencegah bertambah beratnya cacat. Kasus polio dengan gejala klinis ringan di rumah, bila gejala klinis berat diruju ke RS.
PENCEGAHAN
Imuniisasi merupakan tindakan yang paling efektif dalam mencegah penyakit polio. Vaksin polio yang diberikan berkali-kali dapat melindungi seorang anak seumur hidup. Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian imunisasi polio pada anak-anak.Pencegahan penularan ke orang lain melalui kontak langsung (droplet) dengan menggunakan masker bagi yang sakit maupun yang sehat. Selain itu mencegah pencemaran lingkungan (fecal-oral) dan pengendalian infeksi dengan menerapkan buang air besar di jamban dan mengalirkannya ke septic tank.
PENCEGAHAN DENGAN VAKSIN
Ada 4 jenis vaksin Polio, yaitu :
1. Oral Polio Vaccine (OPV), untuk jenis vaksin ini aman, efektif dan memberikan perlindungan jangka panjang sehingga sangat efektif dalam menghentikan penularan virus. Vaksin ini diberikan secara oral. Setelah vaksin ini bereplikasi di usus dan diekskresikan, dapat menyebar ke orang lain dalam kontak dekat.
2. Monovalent Oral Polio Vaccines (mOPV1 and mOPV3), sebelum pengembangan tOPV, OPV Monovalen (mopVs) dikembangkan pada awal tahun 1950an. Vaksin polio ini memberikan kekebalan hanya pada satu jenis dari tiga serotipe OPV, namun tidak memberikan perlindungan terhadap dua jenis lainnya. OPV Monovalen untuk virus Polio tipe 1 (mopV1) dan tipe 3 (mOPV3) dilisensikan lagi pada tahun 2005 dan akhirnya mendapatkan respon imun melawan serotipe yang lain.
3. Bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV), setelah April 2016, vaksin virus Polio Oral Trivalen diganti dengan vaksin virus Polio Oral Bivalen (bOPV). Bivalen OPV hanya mengandung virus serotipe 1 dan 3 yang dilemahkan, dalam jumlah yang sama seperti pada vaksin trivalen. Bivalen OPV menghasilkan respons imun yang lebih baik terhadap jenis virus Polio tipe 1 dan 3 dibandingkan dengan OPV trivalen, namun tidak memberikan kekebalan terhadap serotipe 2.
4. Inactivated Polio Vaccine (IPV), sebelum bulan April 2016, vaksin virus Polio Oral Trival (topV) adalah vaksin utama yang digunakan untuk imunisasi rutin terhadap virus Polio. Dikembangkan pada tahun 1950 oleh Albert Sabin, tOPV terdiri dari campuran virus polio hidup dan dilemahkan dari ketiga serotipe tersebut. tOPV tidak mahal, efektif dan memberikan perlindungan jangka panjang untuk ketiga serotipe virus Polio. Vaksin Trivalen ditarik pada bulan April 2016 dan diganti dengan vaksin virus Polio Oral Bivalen (bOPV), yang hanya mengandung virus dilemahkan vaksin tipe 1 dan 3.
Apa itu Sindrom Pasca Polio?
Sindrom pasca polio ringkasnya mengacu pada sekelompok gejala atau tanda, yang berpotensi melumpuhkan yang muncul beberapa dekade setelah penyakit polio awal. Rata-rata sindrom pasca polio muncul antara 30-40 tahun setelah penyakit polio awal. Namun, sindrom ini bisa terjadi pada 15-40 tahun setelah pengidapnya terinfeksi virus polio.
Menurut keterangan National Health Service (NHS) UK, sindrom pasca polio menjadi lebih umum di Inggris dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini diduga disebabkan oleh tingginya jumlah kasus polio yang terjadi selama tahun 1940-an dan 1950-an, sebelum vaksinasi rutin diperkenalkan.Diperkirakan ada sekitar 120.000 orang yang tinggal di Inggris yang selamat dari polio ketika mereka masih muda. Namun, beberapa di antaranya memiliki, atau berkembang menjadi sindrom pasca polio.Berbicara gejala sindrom pasca polio sama halnya membicarakan berbagai keluhan. Pasalnya, kondisi yang satu ini bisa memicu berbagai gejala atau tanda pada pengidapnya. Nah, menurut Kemenkes RI dan sumber lainnya, gejala sindrom pasca polio mencakup:
1. Sulit bernapas atau menelan.
2. Sulit berkonsentrasi.
3. Lemah otot.
4. Depresi.
5. Gangguan tidur dengan kesulitan bernapas.
6. Massa otot tubuh menurun atau atrofi otot.
7. Nyeri otot dan sendi.
8. Kelelahan -menerus (kelelahan ekstrem).
Komplikasi adalah perforasi usus,makanya perlu dijaga kesehatan dan kebersihan umum,jangan agak Penyakit Polio ini penyakit biasahendaknya ada tanda diatas segera berobat ke dokter.Demikian srkilas info, semoga ber
manfaat,
RobertoNews 1411 《6.5.22(07.00)》
• Praktisi Dokter & Penulis Ilmu Kesehatan