Dorong Hilirisasi, Novita Hardini Desak Produksi Semen Diperhatikan

  • Whatsapp
Anggota DPR Novita ingatkan hilirisasi harus memperhatikan produksi Semen (foto: istimewa)

Jakarta, beritalima.com| – Anggota Komisi VII DPR RI Novita Hardini menilai sektor semen hingga kini belum sepenuhnya terintegrasi dan diperhatikan ke sistem hilirisasi, sehingga ekspor produk semen masih berupa bahan mentah.

Terobosan strategis di sektor IKFT (industri kimia, farmasi, tekstil) tersebut menjadi sangat penting guna mendorong tercapainya Astacita Presiden Prabowo dengan target pertumbuhan ekonomi 8 persen.

“Saat ini, over (kelebihan) kapasitas produksi semen sehingga menyebabkan penjualan semen dengan harga murah menjadi tantangan besar bagi industri ini. Tanpa hilirisasi yang jelas, kontribusi sektor semen terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi tidak mampu berkembang, lantas bagaimana industri ini dapat berkontribusi dalam peningkatan PDB,” ujar Novita di Jakarta (28/1).

Menurutnya, tantangan menuju tercapainya Astacita dengan pertumbuhan ekonomi 8 persen perlu dilakukan dengan komitmen dan  terobosan oleh Dirjen IKFT terkait bagaimana menumbuhkan sektor manufaktur yang berkelanjutan atau tidak prematur.

Dengan anggaran yang terbatas, ia menekankan perlunya alternatif pendanaan lain untuk mendukung program pengembangan industri, pendidikan vokasi, dan pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM), khususnya di daerah pemilihannya, sehingga mampu mendorong kualitas pertumbuhan manufaktur-manufaktur di daerah.

Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini tak menampik, sowl anggaran kurang memang menjadi tantangan tersendiri, tetapi solusi seperti kolaborasi lintas sektor atau pendanaan alternatif perlu dicari untuk memastikan hilirisasi tetap berjalan dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat.

Jadi, diharapkan agar pemerintah dapat memberikan perhatian lebih pada penguatan hilirisasi dan pengembangan industri yang berkelanjutan, sehingga pertumbuhan ekonomi yang inklusif dapat terwujud.

Lalu, ada tantangan menyebutkan terdapat penurunan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB dari 22 persen menjadi 21 persen sejak 2022.

“Hal ini mengindikasikan perlunya langkah konkret untuk mendorong utilitas sektor manufaktur agar dapat kembali menjadi motor penggerak ekonomi,” ungkapnya.

Jurnalis: Rendy/Abri

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait