SURABAYA, Beritalima.com-
Memberikan dedikasi terbaiknya dalam pengembangan riset dan pemberdayaan ilmu pengetahuan, kembali membawa dosen Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Sri Fatmawati SSi MSc PhD meraih penghargaan internasional bergengsi.
Kali ini, ia dinyatakan sebagai salah satu pemenang Grassroots Science Advice Promotion Awards 2024 yang diselenggarakan oleh INGSA-Asia.
Penghargaan tersebut merupakan bentuk apresiasi terhadap individu atau tim yang memiliki rekam jejak unggul dalam mempromosikan peran sains. Penghargaan ini diinisiasi oleh INGSA-Asia dengan dukungan dari International Science Council (ISC) dan University of Auckland, Selandia Baru.
Para pemenang mendapatkan hibah awal senilai hingga 10 ribu dollar Australia (AUD) untuk mendukung pelaksanaan lokakarya mengenai isu yang diangkat di negara masing-masing.
Bersama lima pemenang lainnya dari berbagai negara di Asia, dosen yang akrab disapa Fatma ini mengusung proyek bertajuk Memberdayakan Perempuan Indonesia dalam Ilmu Pengetahuan untuk Mempengaruhi Kebijakan.
Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran perempuan mengenai peran mereka dalam kebijakan ilmu pengetahuan sekaligus mendorong keberlanjutan program-program berbasis sains di tingkat akar rumput.
Dalam proposalnya, Fatma menekankan pentingnya meningkatkan partisipasi perempuan dalam pengambilan kebijakan berbasis sains.
“Penghargaan ini adalah bentuk kepercayaan kepada perempuan untuk terus mengambil bagian dalam penentuan kebijakan sains,” tutur perempuan asal Sampang, Madura tersebut.
Dosen yang juga masuk dalam daftar 100 ilmuwan terbaik di Asia 2024 ini terpilih sebagai salah satu penerima penghargaan tersebut berkat kontribusinya yang signifikan dalam memberdayakan perempuan Indonesia di bidang ilmu pengetahuan.
Rekam jejaknya dalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat menjadi salah satu faktor penentu yang membuatnya layak menerima penghargaan ini.
Melalui penghargaan tersebut, Fatma berencana menyelenggarakan lokakarya yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk akademisi, pemerintah, dan masyarakat.
Lokakarya ini akan difokuskan pada peningkatan kapasitas perempuan dalam ilmu pengetahuan untuk memengaruhi kebijakan, serta mendiskusikan berbagai isu penting yang relevan dengan konteks Indonesia.
Dalam pelaksanaannya, Fatma akan berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Organization for Women in Science for the Developing World (OWSD), di mana saat ini ia menjabat sebagai Ketua OWSD Chapter Indonesia.
ITS pun sebagai host institution OWSD Indonesia, memberikan dukungan penuh terhadap riset dan kegiatan yang dilakukan Fatma untuk mewujudkan proyek ini.
Proyek tersebut juga sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDGs 5 tentang kesetaraan gender. Dengan mendorong perempuan aktif dalam kebijakan berbasis sains, Fatma berkontribusi pada penghapusan ketimpangan gender dan peningkatan peran perempuan dalam pembangunan berkelanjutan.
Fatma berharap proyek tersebut dapat menjadi katalisator bagi perempuan Indonesia untuk lebih aktif terlibat dalam pengambilan kebijakan berbasis sains. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan dampak yang lebih luas dan berkelanjutan bagi masyarakat.
“Perempuan harus sadar bahwa mereka adalah bagian dari kebijakan ilmu pengetahuan, bukan sekadar objek penelitian,” tegasnya.(Yul)