DPD RI Gandeng Pemuda Perkuat Gerakan Anti Bullying di Yogyakarta

  • Whatsapp
DPD RI gandeng Pemuda perkuat Gerakan Anti Bullying di Yogyakarta (foto: DPD)

Jakarta, beritalima.com|- Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Yashinta Sekarwangi Mega berkolaborasi dengan Generasi Anti Kekerasan gelar Youth Talks 2025 bertema “Mewujudkan Yogyakarta yang Aman, Inklusif, dan Bebas Perundungan” (23/12).

Kegiatan ini menjadi ruang dialog dan advokasi pemuda merespons berbagai persoalan kekerasan yang masih dialami remaja, khususnya perundungan di lingkungan pendidikan, ruang publik, dan ruang digital.

Yashinta Sekarwangi mengatakan, sebenarnya banyak program dan kebijakan yang telah disiapkan dan bahkan sudah berjalan, mulai dari tingkat dewan hingga implementasi di lapangan. Namun, tantangan yang masih dihadapi adalah minimnya sosialisasi kepada masyarakat, sehingga program-program tersebut belum sepenuhnya dirasakan manfaatnya.

“Di era modern ini, kolaborasi antara pemerintah, stakeholder, dan masyarakat menjadi kunci utama, mengingat remaja kini semakin rentan terhadap berbagai isu akibat paparan informasi dan permasalahan yang semakin cepat dan massif,” ujar politisi muda tersebut.

Kegiatan yang mengusung tagline Stop Bullying, Start Loving ini diikuti oleh 60 peserta dari 15 komunitas di Yogyakarta terdiri atas pelajar, mahasiswa, dan pegiat isu sosial.

Sejak awal kegiatan, peserta diperkenalkan dengan visi dan kerja-kerja advokasi Generasi Anti Kekerasan dalam upaya pencegahan kekerasan serta penciptaan ruang aman dan inklusif bagi pemuda.

Salah satu momen penting dalam kegiatan ini adalah Deklarasi Pemuda Anti Bullying yang dipimpin perwakilan peserta. Deklarasi tersebut menjadi simbol komitmen kolektif pemuda Yogyakarta untuk menolak segala bentuk perundungan, baik secara langsung maupun daring.

Diskusi utama dalam Youth Talks Session menghadirkan tiga narasumber, yaitu Khalisha Nur Shadrina Co-Founder Generasi Anti Kekerasan Yogyakarta, R. A. Yashinta Sekarwangi Mega anggota DPD RI Daerah Pemilihan Yogyakarta, serta Kalis Mardiasih sebagai aktivis dan penulis.

Pembahasan isu bullying dari perspektif gerakan komunitas, pengalaman advokasi, serta peran kebijakan publik dalam perlindungan kelompok rentan dikedepankan.

Para narasumber menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menciptakan lingkungan yang aman dan suportif bagi generasi muda.

Kalis Mardiasih, aktivis yang dikenal vokal dalam isu gender dan perempuan, soroti keterkaitan relasi laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari. “Kekerasan baik verbal, non-verbal, maupun digital dapat menimpa siapa saja tanpa memandang usia. Oleh karena itu, saya mengajak anak muda untuk meningkatkan kepedulian dan kesadaran sosial (melek sosial), agar tidak mudah terjebak dalam pola pikir maupun lingkungan yang diskriminatif dan penuh kekerasan,” paparnya.

Sebagai penguatan partisipasi bermakna pemuda, kegiatan dilanjutkan dengan Advocacy Session menggunakan metode gallery walk. Dalam sesi ini, peserta menyampaikan aspirasi dan rekomendasi secara langsung kepada Anggota DPD RI, yang kemudian ditanggapi bersama aktivis masyarakat sipil. Sesi ini menegaskan pentingnya dialog dua arah antara pemuda dan pembuat kebijakan.

Rangkaian kegiatan ditutup dengan sesi refleksi serta penetapan R. A. Yashinta Sekarwangi Mega sebagai Pembina Generasi Anti Kekerasan. Penetapan ini menjadi simbol komitmen bersama dalam mendukung gerakan pemuda anti perundungan di Yogyakarta.

Jurnalis: rendy/abri

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait