DPR Dukung Program BKKBN Wujudkan Keluarga Bahagia dan Sejahtera

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com | Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur dan DPR RI belum lama ini menggelar “Promosi Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Program Percepatan Penurunan Stunting Pada Masyarakat di Wilayah Khusus Tahun 2022” di Kecamatan Lontar Sambikerep, Kota Surabaya.

Anggota Komisi IX DPR RI Lucy Kurniasari yang hadir pada waktu itu mengatakan, DPR mendukung program-program BKKBN untuk mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera, di antaranya program Generasi Berencana (GenRe) yang terkait dengan kesehatan reproduksi.

Dia menuturkan, ada tiga hal penting yang menjadi perhatian bagi generasi muda, jauhi pernikahan dini, tidak melakukan seks pranikah, dan jauhi narkotika serta obat terlarang.

Survei dari Global Health juga menunjukkan ada pola hidup remaja yang tidak baik untuk kesehatan, yaitu diet, merokok dan tidak suka makan sayuran.

“Oleh karena itu, harus ada gerakan masyarakat untuk hidup sehat dengan membiasakan anak makan sayur atau yang banyak serat, mengingat pola hidup sekarang akan berpengaruh pada kehidupan yang selanjutnya,” ujarnya pada gelaran Selasa (25/10/2022) lalu.

Ada juga program prioritas nasional, yakni program Keluarga Berencana (KB) dan program Kesehatan Reproduksi, Percepatan Perbaikan Gizi dan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). “Semua program tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan Generasi Emas di tahun 2045, di saat Indonesia memasuki era bonus demografi,” ungkapnya.

Koordinator Bidang KBKR BKKBN Jawa Timur Waluyo Ajeng Lukitowati mengatakan, untuk menyiapkan generasi muda atau para remaja sehat reproduksi harus dari hulu ke hilir, mulai dari sekolah-sekolah dan wadah-wadah kegiatan remaja lainnya.

Menurutnya, para remaja perlu memperhatikan usia pernikahan. Untuk perempuan minimum 21 tahun, dan laki-laki minimum 25 tahun. Tiga bulan sebelum menikah buka dan isi aplikasi Elektronik Siap Menikah dan Hamil (ElSiMil) agar bisa mengevaluasi kondisi kesehatannya.

“Para calon pengantin ini harus rajin makan sayuran dan ikan untuk asupan protein. Tidak perlu yang mahal-mahal. Ikan bandeng yang DHA-nya tinggi baik untuk ibu hamil,” tuturnya.

Indikator lain yang harus diwaspadai adalah seks pranikah, karena tidak diketahui pasangan ini memiliki penyakit atau tidak, apalagi ada peristiwa beberapa kasus anak yang terkena stunting juga terkena penyakit HIV, yang ditularkan melalui ayah dan ibunya.

Organisasi Perangkat Desa Keluarga Berencana (OPDKB) Jawa Timur Koordinator Penyuluh KB Kecamatan Tandes Rini Pujiwati mengatakan, untuk percepatan penurunan stunting tidak bisa dikerjakan sendiri-sendiri, harus konvergensi.

Perlu ada kesadaran masyarakat tentang cara mencegah stunting di lingkungan sekitar mereka, termasuk mengingatkan para ibu hamil mengenai gizi makanan yang memadai.

“Kami juga sudah mengumpulkan kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang sudah diberi capacity building agar tidak ada kecolongan lagi. Jangan sampai satu daerah angkanya turun, tapi 4di daerah lain muncul lagi,” ujarnya.

Sampai saat ini Rini Pujiwati menilai respon masyarakat sangat bagus dalam upaya percepatan penurunan stunting, karena sebagian besar masyarakat sudah mengetahui dampak stunting ketika anak sudah dewasa.

Jika ada anak terindikasi stunting, orang tua harus memberi Air Susu Ibu (ASI). Anak selama dua tahun harus mendapatkan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang dimaksimalkan dengan kombinasi makanan bergizi hingga anak usia lima tahun. (Gan)

Teks Foto: Lucy Kurniasari bersama Waluyo Ajeng Lukitowati dan Rini Pujiwati ketika sosialisasi di Kecamatan Lontar Sambikerep, Kota Surabaya.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait