DPR Harapkan Indonesia Jangan Hanya Jadi Penonton di OECD dan BRICS

  • Whatsapp
Anggota BKSAP DPR RI Arzeti Bilbina DPR jarapkan Indonesia jangan hanya jadi penonton di OECD dan BRICS (foto: istimewa)

Jakarta, beritalima.com| – Anggota Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Arzeti Bilbina menyatakan keterlibatan Indonesia dalam dua forum ekonomi internasional besar — Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina dan South Africa) — tak boleh sekadar menjadi penonton dan simbol diplomasi, melainkan harus benar-benar membawa manfaat nyata bagi rakyat.

Hal itu disampaikan Arzeti saat menghadiri kegiatan Panitia Kerja (Panja) Organisasi Internasional BKSAP DPR RI di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Dramaga, Jawa Barat (17/10).

Dalam forum itu, BKSAP membuka ruang dialog dengan kalangan akademisi dan mahasiswa untuk menggali masukan mengenai peluang serta tantangan keanggotaan Indonesia di dua blok ekonomi dunia tersebut.

“Hari ini BKSAP melakukan penjemputan bola, menyerap aspirasi dari sivitas akademika, terutama para mahasiswa cerdas IPB. Banyak masukan yang kami terima agar keterlibatan Indonesia di OECD dan BRICS tidak berhenti di diplomasi meja, tapi berdampak nyata bagi masyarakat,” ujar Arzeti.

Politisi Fraksi PKB itu menilai, Indonesia harus mampu memanfaatkan keanggotaan di OECD dan BRICS sebagai alat strategis untuk memperkuat ketahanan pangan, energi, pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Menurutnya, orientasi kerja sama internasional semestinya berpihak pada kesejahteraan rakyat, bukan sekadar mengikuti arus global.

“Banyak mahasiswa yang menyoroti isu ketahanan pangan dan energi. Ini penting, karena ujung dari diplomasi ekonomi global harus kembali ke rakyat — bagaimana kebijakan global bisa menciptakan kesejahteraan nasional,” tambahnya.

Arzeti mengingatkan pemerintah agar memperkuat posisi tawar Indonesia di tengah dinamika geopolitik dan ekonomi global. Ia menekankan, Indonesia harus tampil sebagai negara produsen dan inovator, bukan hanya pasar konsumtif bagi negara lain.

“Jangan sampai Indonesia hanya dilihat sebagai negara berpopulasi besar dan konsumtif. Kita harus bisa menembus pasar negara-negara anggota BRICS dan OECD dengan produk kita sendiri. Peran Indonesia harus aktif dan saling menguntungkan,” serunya.

Selain itu, Arzeti menilai partisipasi mahasiswa dan akademisi dalam forum Panja seperti ini penting untuk memastikan kebijakan luar negeri Indonesia berbasis pengetahuan dan aspirasi generasi muda. Menurutnya, sinergi antara parlemen, perguruan tinggi, dan masyarakat sipil akan menjadi fondasi kuat bagi diplomasi yang inklusif dan berkelanjutan.

Jurnalis: rendy/abri

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait