Dr Andi Sukri Syamsuri: Inilah 11 Faktor Penyebab Kepunahan Bahasa Daerah

  • Whatsapp

MAKASSAR. Saat ini ada 722 bahasa daerah dengan penutur mencapai 222.699.476 orang. Ada 10 bahasa daerah terbanyak penutur yakni bahasa
Jawa, Sunda, Madura, Minangkabau, Musi, Bugis, Banjar, Ace, Bali dan Betawi.

Jika bahasa daerah tersebut tidak dirawat dan dilestarikan serta tidak diwariskan kepada generasi pelanjut maka cepat atau lambat bahasa daerah ini akan mengalami kepunahan.

Demikian ditegaskan, Penulis dan Akademisi Bidang Pakar Bahasa Bugis Unismuh Makassar, Dr H Andi Sukri Syamsuri, A.Md, S.Pd, M.Hum, memaparkan makalah berjudul, Pemartabatan Bahasa Daerah (Bahasa Bugis bagi Kaum Milenial, pada acara Diskusi Seri I Bahasa Daerah Warisan Kaum Milenial, Sabtu (10/4/2021) secara daring.

Webinar ini dilaksanakan oleh Makassar Internasional Writers Festival, Rumata dan Basaibu Makassar Gowa. Nara sumber lainnya Zainab, M.Hum selalu Kepala Bahasa Provnsi Sulsel dan Dr Ery Iswary M.Hum, selaku penulis dan akademisi bidang Pakar Bahasa Makassar.

Dijelaskan, sesuai Tondo, F.H, pada Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 11 No. 2 Tahun 2009 dikatakan ada 11 faktor penyebab kepunahan bahasa Bugis.

Faktor tersebut yakni: Pengaruh bahasa mayoritas di mana bahasa daerah tersebut digunakan. Kondisi masyarakat penuturnya yang bilingual atau bahkan multilingual

Faktor globalisasi. Faktor migrasi (migration). Perkawinan antaretnik (intermarriage). Bencana alam dan musibah. Kurangnya penghargaan terhadap bahasa etnik sendiri, kata Sekretaris Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) Sulsel ini.

Selain itu kurangnya intensitas komunikasi berbahasa daerah dalam berbagai ranah khususnya dalam ranah rumah tangga. Faktor ekonomi. Faktor bahasa lain. Ketika ibu-ibu tidak mencintai bahasa daerah/bahasa Bugis, ungkap Mahasiswa Teladan RI 1993 ini.

Adapun strategis pemertahanan/
revitalisasi bahasa daerah (bahasa Bugis) sebagai bahasa ibu, maka perlu dilakukan penguatan keberadaan bahasa Bugis sebagai muatan lokal wajib di semua jenjang sekolah.

Pengadaan guru bahasa Bugis sebagai jalinan kemitraan antara perguruan tinggi penyedia guru bahasa Bugis dengan pemerintah dan masyarakat, tegas Sekjen PP Kesatuan Masyarakat Wajo (Kemawa).

Memperbanyak literatur/referensi berbahasa Bugis sebagai suplemen bagi peserta didik dan guru termasuk referensi yang berisi cerita rakyat.

Pemerintah Daerah/Provinsi mendanai penyusunan kamus bahasa Bugis baik secara konvensinal maupun dengan teknologi modern untuk kepentingan peserta didik dan tenaga pendidik lainnya, tegas Wakil Rektor II Unismuh Makassar ini.

Pengadaan guru bahasa Bugis sebagai jalinan kemitraan antara perguruan tinggi penyedia guru bahasa Bugis dengan pemerintah dan masyarakat. Pola-pola penggunaan dan pembiasan bahasa Bugis dan pembelajaran yang Komunikatif, kata Dekan FKIP Unismuh Makassar pada masanya ini.

Selain itu anak-anak muda milenial perlu diberi pemahaman bahwa yang tradisional kedaerahan tidak selalu berarti kuno, katrok, ndeso; (lihat contoh Jepang yang sangat fanatik dan disiplin dengan tradisi ‘indigenous” mereka, termasuk fanatik dengan penggunaan dan pelestarian bahasa ibu mereka, namun sangat terbuka dengan teknologi.

Dukung dan apresiasi anak-anak muda milenial yang mempunyai minat dan kemampuan mengembangkan konten-konten media sosial yang berbasis budaya dan bahasa daerah (iGeneration).

Berikan mereka kebebasan untuk berkreasi dan berinovasi yang bertanggung jawab, ungkap Timsel Anggota KPU Sulsel Pemilu 2019 ini. (ulla/yahya).

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait