JAKARTA, Possore.com– Dr Jazuli Juwaini atas nama pimpinan serta anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI mengucapkan belasungkawa dan duka mendalam atas wafatnya Dr KH Ahzami Samiun.
“Kami mengucapkan duka cita mendalam. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Kami semua bersaksi beliau min ahlil khoir. Insya Allah husnul khotimah. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan keikhlasan serta dapat melanjutkan warisan dan keteladanan beliau,” ungkap Jazuli dalam keterangan pers yang diterima awak media, Minggu (5/4) siang.
Wakil rapkyat dari Dapil II Provinsi Banten tersebut mengatakan, Dr KH Ahzami Samiun adalah ulama yang tekun dan aktif berdakwah membimbing umat. Perangainya halus dan santun serta selalu semangat dalam dakwah.
Keteladanan tersebut membekas dalam kenangan Jazuli yang menganggap Ahzami sebagai gurunya dan guru bagi kader dakwah lainnya. “Kami di Fraksi PKS sangat dekat dengan almargum dan acapkali meminta nasihat tentang masalah-masalah keummatan yang perlu kita advokasi di parlemen. Bahkan dalam helatan Lomba Baca Kitab Kuning Fraksi PKS, beliau selalu berkenan menjadi Ketua Dewan Juri,” ungkap Jazuli.
Fraksi PKS, lanjut Jazuli, merasa kehilangan figur ulama panutan. Kita doakan semoga beliau tenang menghadap Ilahi Rabbi, ditempatkan di sisi Allah dalam keadaan husnul khotimah. Beliau adalah sosok ustadz yang bertutur kata lembut, tetapi tetap tegas. Beliau juga tampak tidak pernah bosan memberi nasihat lewat cara yang jenaka. Itulah yang dikenal santri asuhanya dari sosok Dr Ahzami Samiun Jazuli.
Selain sebagai pengasuh Pondok Pesantren YAPIDH, beliau juga menjadi dosen di STIU Darul Hikmah dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau juga seorang ahli tafsir yang sudah menulis sejumlah buku, seperti Hijrah dalam Pandangan Al-Quran dan Kehidupan dalam Pandangan Al-Quran yang diterbitkan Gema Insani Press.
Lahir di Pati, 24 Juni 1962 dan besar di kampung halamannya, beliau menyelesaikan pendidikan tingkat dasar sampai menengah atas di Raudhatul Ulum Guyangan, Pati.
Dari Pati, beliau melanjutkan studinya ke Riyadh, Arab Saudi. Tepatnya di Universitas Islam Muhammad bin Saud jurusan Ulumul Quran beliau menimba ilmu hingga meraih gelar doktor.
Kini beliau telah dikaruniai 10 orang anak, 6 laki-laki dan 4 perempuan, juga 9 orang cucu. Di kalangan santri, kami selalu mendengar nasihatnya yang lucu, tapi penuh arti. “Wa laa yatafatjaruun!” Kalimat itulah yang diucapkannya untuk melarang para santri berpacaran. Karena selain melanggar ajaran agama, berpacaran juga merupakan hal sia-sia yang membuat remaja lalai dalam belajar.
Dalam pidatonya di wisuda kelulusan santrinya, beliau memberi nasihat yang sangat berkesan. “Silakan kalian berkuliah di mana saja. UI, UGM, ITB, kampus mana saja di seluruh dunia, asal kalian ingat satu hal. Sebagai santri lulusan pondok pesantren, kalian adalah sufarud da’wah, duta-duta dakwah.”
Beliau berpesan agar para santrinya tetap menyebarkan ajaran Islam di manapun mereka berada. Menjadi duta dakwah di seluruh dunia dan tetap berada dalam lingkaran tarbiyah islamiyah. (akhir)