Oleh: Saiful Huda Ems
Dua Kepala Daerah Pemprov DKI Jakarta (Anies Baswedan) dan Kepala Daerah atau Gubernur Pemprov Jawa Barat (Ridwan Kamil) yang selama ini saya kritisi terus menerus kinerjanya yang sangat buruk, sekarang seolah terbukti ketidak mampuannya mengelola daerahnya, akibatnya banjir meluas terjadi dimana-mana.
Di negara-negara maju Kepala Daerah yang gagal seperti ini biasanya malu dan secepatnya mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya dan diganti dengan orang-orang yang lebih profesional atau cakap bekerja. Tetapi disini kita tak kan pernah menemukan Kepala Daerah yang berani secara kesatria melakukan itu.
Beberapa kali di musim kemarau lalu saya memperhatikan drainase di beberapa tempat di Jakarta dan Jabar sangat buruk sekali. Di Bandung selain drainasenya penuh sampah, juga tidak ditutup atasnya hingga membahayakan pengguna jalan baik itu pejalan kaki atau yang berkendara motor dan mobil. Mereka bisa sewaktu-waktu terperosok bila terjadi banjir.
Ironisnya, baru di musim hujan ketika banjir sudah benar-benar terjadi dimana-mana, bahkan di dataran tinggi di sekitar Bandung menuju Lembang drainase-drainase itu mulai diperbaiki meski kadang hanya sekedar ditempel-tempel semen yang kalau kehujanan bisa rusak kembali. Penataan kota semacam apakah ini?
Jalanan mulai dari Jl. Setiabudi Bandung hingga Lembang yang seringkali macet total tidak pernah diberikan alternatif yang cerdas untuk mengatasi kemacetan lalu lintasnya, malahan malah dibangun berbagai area taman wisata baru yang penuh sesak pengunjung di pinggir jalan di sepanjang jalan itu yang berakibat kemacetan lalu lintas semakin parah.
Di Menteng Jakarta Pusat pun demikian, jalanan sekitar Cikini yang biasanya penuh kepadatan dan kemacetan lalu lintas, oleh Anies malah dipersempit jalannya dengan memperlebar trotoarnya. Saya tau itu merupakan duplikasi dari jalanan Malioboro Yogjakarta yang diminati banyak orang, namun Anies lupa Pemprov DIY sangat cerdas karena selain memperlebar trotoarnya, juga menyediakan jalanan alternatif yang bisa menjadi solusi kemacetan lalu lintas di DIY, lha kalau yang di DKI? Beda 180 derajat bukan?
Menjadi Kepala Daerah yang berkualitas memang tidak mudah, diperlukan kejujuran, kecerdasan, dan keberanian untuk bersikap. Bukan bermodalkan pencitraan tapi pikiran-pikirannya kosong melompong. Indonesia sedang bergerak menjadi negara maju, rakyatnya sudah mulai cerdas-cerdas dan kritis-kritis. Saat ini Kepala Daerah yang gagal mungkin masih bisa eksis hingga di akhir jabatannya, namun beberapa tahun mendatang mereka akan “masuk kotak”.
Saya pikir warga DKI dan Jabar sudah harus mulai mengevaluasi pilihan-pilihan politiknya selama ini, mereka harus mulai serius memilih, jangan sampai ada lagi politisi-politisi yang tidak qualified serta pelawak-pelawak dan koruptor-koruptor dipilih untuk menjadi Kepala-Kepala Daerah, anggota-anggota DPR/DPRD dan Senator-Senator (DPD). Kasihan anak cucu kita kelak bukan?…(SHE).
Saiful Huda Ems (SHE). Advokat dan Penulis.