Dukung Kebaya goes to unesco, Ini yang dilakukan RRI

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com| Seluruh Perempuan Indonesia tentu tahu kebaya. Bahkan, perempuan tulen Indonesia tentunya mencintai dan memiliki kebaya, pakaian nasional negara kita yang dibuat secara tradisional dari kain ringan seperti brokat, katun, kasa, renda, atau voile, dan terkadang dihiasi dengan sulaman.

Ditetapkan sebagai busana nasional Indonesia, kebaya dianggap memenuhi keistimewaan, diantaranya adalah bahwa kebaya memiliki varian pola dan model sehingga tidak kaku harus mencerminkan kedaerahan tertentu, bisa dimiliki oleh setiap lapisan masyarakat, mudah didapat, mudah perawatan, dan tentunya memiliki unsur etika dan estetika berbusana.

Berbagai keistimewaan kebaya pun menjadi alasan penting untuk mempertahankannya sebagai warisan budaya yang diakui Dunia sebagai milik Indonesia. Setidaknya, hal inilah yang mendasari gencarnya kampanye ‘Kebaya goes to UNESCO’. Diantara pihak yang secara nyata turut mendukung spirit kampanye tersebut adalah RRI Surabaya.

Tepat pada Jumat (11/11), melalui studio pro 4 Surabaya, RRI mengisi dialog Nusantara Siang dengan tema ‘Budaya Berkebaya’. Hadir sebagai narasumber adalah Ketua GOW Kota Surabaya, Ning Iis Hendro Gunawan, dan Ketua Perempuan Tani HKTI Jatim, Ning Lia Istifhama. Dipandu oleh ning Nia, acara dialog interaktif pun menjadi ruang untuk mengajak masyarakat semakin mencintai kebaya.

Aktivis Perempuan Lia Istifhama, menjelaskan tentang sejarah kebaya.

“Kebaya disadur dari kata serapan Bahasa Arab, yaitu qaba yang berarti “pakaian” dan kata Arab abaya yang berarti jubah. Otomatis, maknanya pakaian yang membawa nuansa kesantunan. Kebaya juga melambangkan eleganitas, karena berdasarka catatan sejarah pada abad ke-16 dan ke-17, jubah abaya yang dikenakan oleh kelas penguasa India serta Timur Tengah.”

“Kebaya juga melambangkan keanggunan, yaitu sesuai sejarah yang menjelaskan bahwa kebaya merupakan atasan atau penutup yang sekaligus memadukan pakaian kemben perempuan, khususnya permaisuri istana Kerajaan Majapahit. Kebaya juga melambangkan ketangguhan, karena umumnya petani perempuan, yaitu pejuang ketahanan pangan, mengenakan kebaya saat di sawah.”

Doktoral Ekonomi Islam UINSA tersebut, juga menambahkan identitas keluwesan perempuan melalui pakain kebaya.

“Wanita akan terlihat cantik, luwes dalam bersikap atau berkomunikasi, dengan mengenakan kebaya. Apalagi untuk milenial, akan semakin keren jika menggunakan kebaya. Dengan kebaya, busana perempuan akan semakin bergaya,” tambahnya.

Tak lupa, ia menyelipkan pantun:

“Emak-emak nek masak ojok lali pake uyah (garam), ben tambah sedep ditambahi gulo juga. Alhamdulillah bersama RRI Surabaya, masyarakat insya Allah semakin bahagia.”

Sedangkan istri Sekkota Surabaya, Iis Hendro, menyampaikan makna filosofis kebaya dan ragamnya varian kebaya yang mampu mengikuti jaman. Selain itu, Iis juga menyampaikan pentingnya peran banyak pihak untuk mengenalkan kebaya, terutama di kalangan anak-anak.

“Pemerintah atau semua stake holder bisa turut menguatkan kampanye kebaya dengan mengisi ruang-ruang dengan nuansa kebaya. Contohnya, menggunakan kebaya di hari tertentu, mengisi acara fashion show kebaya di acara festival tertentu, dan sebagainya.”

“Kebaya tentu saja sangat populer di semua wanita Indonesia. Pastinya juga mengakui, bahwa mengenakannya akan memperindah performa wanita Indonesia,” tambahnya. (red)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait