JAKARTA, Beritalima.com– Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah mengumumkan pemindahan Ibu Kota Negara Indonesia ke Kabupaten Penajam Paser Utara serta Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim).
Banyak faktor yang membuat putusan itu diambil Jokowi, salah satunya Jakarta dinilai sudah terlalu padat untuk menjalankan roda pemerintahan serta ekonomi sekaligus. Keputusan pemindahan ibu kota tersebut pun hanya tinggal menunggu pengesahan DPR RI dan MPR RI.
Untuk mendukung rencana itu, Wakil rakyat dari Dapil Kalimantan Timur, Hetifah Sjaifudian tengah menjaring sejumlah ide dan gagasan dari pemuka masyarakat Kaltim terkait ikon atau landmark Ibu Kota Negara yang baru itu.
“Jika perlu dilombakan. Dicari yang mencerminkan visi jangka panjang Ibu Kota Negara dan memadukannya dengan kearifan lokal. Unik dan bisa dikenalkan pada dunia internasional,” ungkap Hetifah kepada Beritalima.com, Jumat (30/8) pagi.
Menurut politisi Partai Golkar tersebut, sudah ada beberapa alternatif yang bisa dijadikan simbol atau landmark Ibu Kota baru nanti. Lima alternatif ikon tersebut adalah Tugu Belawing, Prasasti Yupa, Burung Enggang, dan Ungun Tau.
Tugu Belawing adalah simbol perdamaian, kemenangan dan kemegahan. Itulah sebabnya pada masyarakat Dayak, Belawing didirikan tidak sembarangan. “Ada waktu dan makna khusus, sehingga dahulu setiap pasca peperangan atau berpindah kampung di lokasi baru atau tengah pemukiman selalu dididirikan Belawing,” kata Hetifah.
Prasasti Yupa sebagai simbol pengorbanan, perdamaian dan babak awal sejarah, sedangkan Burung Enggang merupakan penghubung dunia atas langit dengan dunia atas bumi. Burung Enggang juga menjadi simbol kebajikan dan kebaikan.
Simbol lain adalah guci atau antang atau tajau yang merupakan simbol kesejahteraan, kemakmuran dan eksistensi suatu kelompok. Sedangkan Ungun Tau adalah tiang yang selalu ada di depan rumah panjang sebagai penunjuk waktu, ketepatan dan kesatuan.
Hetifah yang menyandang gelar Insinyur Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Tata Kota dan Wilayah (Planologi) ini mengatakan, harus ada tata ruang yang konstruksi bangunan yang tepat dengan tetap mempertahankan kearifan lokal.
Seperti diketahui, Kaltim memiliki hutan yang luas yang juga menjadi ‘paru-paru’ dunia. Dipilihnya Kaltim sebagai ibu kota sebaiknya tidak merusak ekosistem yang ada di daerah itu.
“Saya berharap konsep perkotaan yang baru tidak hanya sekadar garden city, tapi juga forest city yang dituangkan secara detail. Jadi, masyarakat yang tinggal di sana pun tetap merasakan kalau ini merupakan Kalimantan yang asli dengan pembangunan yang terencana,” jelas Ketua Umum Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) tersebut.
Karena itu, ikon Ibu Kota yang baru nanti juga diharapkan mengandung unsur hutan, sungai, dan biodiversitynya. Jika Jakarta punya Monas, Kaltim juga harus punya landmark yang bisa dibanggakan.
“Suatu kota memang penting memiliki landmark, tapi tidak harus mewah dan memakan biaya besar. Ikon kota nantinya akan menjadi satu kesatuan dengan perencanaan tata ruang dan bangunan nanti,” jelas perempuan berhijab ini.
Upaya menjaring ide dan gagasan terkait ikon dan landmark calon Ibu Kota Negara baru merupakan upaya mendukung perpindahan ibu kota ke Kaltim. Jakarta sudah sesak dan harus ada solusi untuk masalah yang satu ini.
Pemindahan ibu kota merupakan langkah besar yang diambil Jokowi dan pastinya Partai Golkar sebagai bagian dari koalisi pemerintah akan menjadi salah satu pendukung utama gagasan ini.
“Partai Golkar menyadari pentingnya dukungan dan penerimaan publik dalam rencana pemindahan ibu kota negara ini. Tentunya saya bersyukur dan meyakini keputusan Presiden memilih Kaltim berdasarkan pertimbangan yang matang dan kajian yang cermat.”
Dikatakan, perlu adanya pembangunan yang tepat di Kaltim saat sudah benar-benar resmi menjadi Ibu Kota Negara. Ini bukan sekadar memindahkan Jakarta dengan segala problemanya ke Kaltim tetapi harus terstruktur dengan rapi hingga siap menjadi kota yang menjalankan roda pemerintahan Indonesia.
“Bukan pula memindahkan macet, banjir, dan masyarakat Jakarta ke tempat baru. Kami ingin Kalimantan menjadi the future of Indonesia. Kaltim nantinya akan punya ciri khas sendiri; masalahnya sendiri,” tambah dia.
Dengan konsep pembangunan yang matang, harapan agar pembangunan Indonesia lebih merata dan tak melulu terpusat di Pulau Jawa, akan tercapai. Pembangunan Ibu Kota Negara di Kaltim juga harus tetap diikuti dengan skema pembiayaan yang tepat.
“Dengan begitu, tidak ada istilah proyek terbengkalai, mangkrak atau terlunta-lunta. Semuanya bisa tuntas dengan baik tanpa adanya pemborosan biaya,” demikian Hetifah Sjaifudian. (akhir)