SURABAYA, beritalima.com – Ikatan Ahli Gula Indonesia (IKAGI) menggelar kongres ke-XI di Surabaya, Rabu (4/5). Kongres bertema “Pemberdayaan SDM & Teknologi Dalam Meningkatkan Daya Saing Industri Gula Nasional” ini diikuti sekitar 400 ahli gula dari seluruh Indonesia, plus dari China, Inggris, Brazil, Thailand, dan India.
Ketua Umum IKAGI, Subiyono, mengatakan, kongres ini difokuskan sebagai ajang berbagi informasi, keterampilan, dan teknologi di antara stakeholder industri gula dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi musim giling 2016, baik dari aspek teknis maupun non teknis, di samping akan memilih pengurus baru IKAGI periode 2016 – 2019.
“Kongres ini pas momentumnya dengan digenjotnya target produksi gula nasional untuk mewujudkan swasembada gula yang menjadi garis kebijakan pemerintahan Joko Widodo. Dengan kongres ini kita semua ingin berkontribusi dalam upaya mendorong produktivitas industri gula nasional,” ujar Subiyono.
Subiyono mengatakan, saat ini konsumsi gula di Indonesia diprediksi sudah mencapai 5,8 juta ton per tahun, di mana 3 juta ton di antaranya adalah konsumsi gula kristal putih (GKP) untuk kebutuhan rumah tangga. Sedangkan produksi gula kita baru sekitar 2,5 juta ton.
Menurutnya, ini menjadi tugas bersama untuk mengerek produksi hingga 3,2 juta ton sesuai target swasembada gula untuk kebutuhan rumah tangga. Oleh karena itu, lanjut dia, transformasi industri gula mutlak dibutuhkan untuk mencapai tujuan swasembada.
“Berdasar pengalaman beberapa tahun terakhir, daya saing perusahaan gula BUMN dengan indikator harga pokok produksi (HPP) masih sangat tinggi, dimana sebesar 45 persen dari HPP tersebut adalah biaya Sumber Daya Manusia (SDM), mengingat mayoritas pabrik gula dari sisi teknologi masih berkonsep padat karya.
Untuk itu sebagai bentuk pembaruan industri gula, di beberapa pabrik gula telah dilakukan program elektrifikasi dan otomatisasi tanpa mengesampingkan tenaga kerja yang ada. Sehingga, relevan jika Ikagi mengangkat topik SDM dan teknologi sebagai fokus kongres kali ini,” jelasnya.
Subiyono mengatakan, Ikagi merupakan organisasi profesional para ahli gula yang menjalankan peran sebagai stakeholder industri gula, baik BUMN maupun swasta.
Selain itu, Ikagi juga menjadi partner pemerintah dalam menyusun kebijakan nasional demi kebangkitan industri gula Indonesia. Ikagi yang anggotanya berasal dari berbagai elemen di industri gula terus mendorong peningkatan kinerja dari berbagai aspek. Misalnya dari aspek SDM, diperlukan adanya roadmap SDM yang jelas dalam industri gula saat ini.
Dalam kongres tersebut, Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) merumuskan strategi peningkatan produktivitas tenaga kerja. Untuk membangun daya saing dalam industry gula, dibutuhkan perubahan cara pandang bisnis, yakni sebagai sumber pangan dan energi.
Adapun pada aspek budidaya di lahan (on farm), Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) terus menciptakan varietas tebu unggul.
“Salah satu proses perakitan varietas tebu unggul yang sedang dicoba adalah melalui introduksi varietas tebu luar negeri karena pada dasarnya introduksi varietas tebu unggul bertujuan untuk mengganti varietas lama dengan varietas baru yang berguna bagi program pemuliaan tebu. Bila ditinjau dari segi waktu dan biaya, pun lebih cepat dan murah,” jelasnya.
Kemudian pada aspek pengolahan pabrik (off farm), restrukturisasi & revitalisasi dilakukan oleh pabrik gula, dimana anggota Ikagi terlibat langsung di dalamnya. “Strategi revitalisasi telah selesai disusun dan didorong ke arah otomatisasi, elektrifikasi, dan hilirisasi,” kata Subiyono.
Sekjen IKAGI, Aris Toharisman, menambahkan, industri gula juga membutuhkan dukungan pemerintah berupa regulasi sebagai instrumen kebijakan nasional. “Terutama untuk kebijakan terkait hilirisasi produk tebu non-gula berupa bioetanol dari tetes tebu dan listrik berbasis ampas tebu,” kata Aris. (Ganefo)