BANYUWANGI, beritalima.com – Pantai Grand Watudodol (GWD) tidak hanya menyuguhkan keindahan panorama terumbu karang serta biota lautnya. Sungai Kandangan yang berada dalam area GWD ternyata diminati para pemancing. Rabu (23/8/2017), puluhan pemancing mencoba peruntungan untuk membawa pulang ikan air tawar yang mendiami sungai yang berakhir di muara GWD.
Memang peserta lomba mancing yang mencari peruntungan disini bukan dari kelas profesional. Rata-rata pemancing yang datang dari kalangan ibu-ibu Bhayangkari Polsek Wongsorejo, PKK dan staf kecamatan di wilayah Banyuwangi paling utara. Lomba mancing ini memang sekelas tingkat kecamatan yang digagas untuk memeriahkan HUT RI ke-72.
Camat Wongsorejo, Sulistyowati, juga terdaftar sebagai peserta lomba. Wanita berhijab ini terlihat lincah melempar kail ke sungai yang jika diukur dari jalan raya Ketapang – Situbondo hanya sepanjang kurang lebih 300 meter dengan muara. Kail yang dia lempar bahkan sukses mengangkat satu ekor ikan nila yang rata-rata mendiami Sungai Kandangan.
Tahun 2011 silam, sungai yang sekarang dalam pengawasan Gerakan Bangsring Pembasmi Malaria (Gerbang Basmala) masuk dalam kawasan endemik malaria. Tercatat 11 warga Dusun Paras Putih, Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo menjadi korban penyakit mematikan ini. Kejadian itu pula yang membuat warga setempat menjauhi Sungai Kandangan.
“Di Kecamatan Wongsorejo ada empat titik rawan endemik malaria. Selain Sungai Kandangan, di Sungai Remet – Sungai SAA dan Sungai Kampe, masuk wilayah wasdapa malaria. Namun sejauh ini tidak ada warga yang menjadi korban sehingga meninggal dunia,” ungkap Sulistyowati bercerita tentang masa kelam Sungai Kandangan pasca mengikuti lomba mancing.
Kasus malaria yang merenggut belasan nyawa warga Desa Bangsring sampai menyebar ke tingkat internasional. Kabar buruk ini bahkan didengar oleh WHO sehingga tim dari Kementrian Kesehatan turun ke lokasi melakukan pengecekan. Kasus malaria di Desa Bangsring ini bahkan ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Puskesmas Wongsorejo.
Kini, setelah enam tahun berselang Sungai Kandangan telah berubah wajah. Sejak pantai yang dulu dikenal dengan sebutan Klopoan dan berubah nama menjadi Grand Watudodol pasca dipoles oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat, warga mulai berani mendekat.
“Alasan lomba mancing tingkat kecamatan digelar di Sungai Kandangan untuk menunjukkan kepada masyakarat bahwa Sungai Kandangan bukan endemik malaria lagi. Sungai yang dulu ditakuti kini telah berubah menjadi obyek wisata bernama GWD,” ulas Camat Wongsorejo.
Abdul Azis merupakan sosok dibalik kesuksesan perombakkan Sungai Kandangan. Dia adalah ketua Gerbang Basmala yang fokus menggerakkan masyakarat di daerahnya untuk membasmi malaria. Upaya kesehatan yang dilakukannya tidak mudah. Penentangan dari segelintir warga pernah dia alami. Belum lagi masalah bantaran sungai yang banyak dihuni oleh tumbuhan rawa. Eskavator hasil pinjaman dari sebuah perusahaan harus diturunkan untuk membersihkan rumput liar di sepanjang bantaran sungai.
“Walau sudah kita tebang rumput liar cepat sekali tumbuh. Kalau mengedepankan pola pembersihan manual menggunakan sabit dan cangkul sangat berat. Karena akar tumbuhan itu harus dikeruk dan dibalik ke permukaan agar tidak tumbuh lagi. Telur dan jentik-jentik nyamuk itu berkembang biak di akar rumput liar. Muara yang tertutup gundukan pasir menyebabkan hilir Sungai Kandangan menjadi genangan air di musim kemarau,” jelas pria yang juga menjabat ketua Kelompok Masyakarat Pengawas (Pokmaswas) Pesona Bahari sejak Pantai Klopoan menjadi destinasi wisata Banyuwangi yang terkenal dengan GWD.
Nama GWD bahkan masuk dalam deretan obyek wisata yang mengikuti lomba kebersihan tingkat ASEAN. GWD dipilih oleh Kementerian Pariwisata untuk mewakili Banyuwangi dan Jawa Timur serta Indonesia. September 2017 mendatang, tim juri akan datang untuk melakukan penilaian. (Abi)