JAKARTA, Beritalima.com– Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Komisi XI DPR RI, Ecky Awal Mucharam meminta pemerintah dibawah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) serius menangani pengangguran yang jumlahnya semakin meningkat.
Menurut wakil rakyat dari Dapil III Provinsi Jawa Barat tersebut, saat ini tekanan terhadap sektor ketenagakerjaan cukup tinggi. Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru tentang perkembangan sektor ketenagakerjaan menunjukkan jumlah pengangguran yang meningkat.
Pada Pebruari angka pengangguran menurut BPS 6,8 juta. Agustus tahun yang sama pengangguran meningkat menjadi 7,05 juta orang. Dari sisi persentase, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus mencapai 5,28 persen, naik dari 5,01 persen Februari 2019.
“Jika memperhatikan berbagai indikator, dapat dikatakan sektor ketenagakerjaan tertekan cukup nyata,” ungkap pria kelahiran Cianjur, Jawa Barat, 19 Maret 1969 tersebut dalam keterangan yang diterima Beritalima.com, Kamis (14/11).
Ecky yang sebelum menjadi politikus pernah bekerja di Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan tersebut mengatakan, persoalan ini diawali dari kegagalan pemerintah mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi, sehingga stimulus terhadap ekspansi bisnis juga gagal.
Realisasi investasi juga menurun, karena iklim berusaha yang tidak kunjung membaik. “Beberapa rilis lembaga dunia tentang daya saing ekonomi, tidak menempatkan Indonesia sebagai negara yang menarik untuk tujuan investasi,” jelas dia.
Pada sisi lain, ekonomi terus bergantung pada kekuatan konsumsi rumah tangga, sehingga aktvitas produktif cenderung terbatas. “Saya khawatir, kondisi ketenagakerjaan ini terus memburuk. Menurut data BPS jumlah angkatan kerja yang bekerja Agustus 2019 hanya 126,51 juta, turun dari 129,36 juta pada Februari 2019. Artinya, ada 2,85 juta tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan dalam enam bulan terakhir.”
Ditambahkan, situasi ketenagakerjaan semakin rumit karena daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) belum cukup prima. “Tantangan tersebut meningkat, karena penetrasi teknologi dan revolusi industri 4.0 yang memaksa tenaga kerja untuk mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan bisnis, di tengah-tengah pendidikan yang masih rendah dan kondisi lingkungan ekonomi belum kondusif,” demikian Ecky Awal Mucharam. (akhir)