Edison Manalu, Alumni Unair yang Sukses sebagai CEO Mount Scopus Indonesia

  • Whatsapp

SURABAYA, Beritaluma.com-
Universitas Airlangga (Unair) sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terbaik di Indonesia selalu melahirkan lulusan yang berkualitas.

Oleh karena itu, banyak alumni berhasil yang menduduki kursi pimpinan perusahaan besar di berbagai bidang.

Salah satunya ialah Edison Manalu yang kini menjabat sebagai chief executive officer (CEO) di perusahaan Mount Scopus Indonesia.

Edison merupakan lulusan pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair. Saat ia berkuliah dulu, program studi Bahasa dan Sastra Inggris masih menjadi bagian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).

Edison kini menjabat sebagai CEO Mount Scopus Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Food and Beverage (F&B). Perusahaan tersebut menaungi beberapa merek dagang makanan terkenal, seperti The Harvest, Almond Tree, hingga The Harvest Express.

Cari Pengalaman di Luar Kampus

Perjalanan Edison Manalu hingga mendapatkan posisi saat ini tentu tidak singkat. Edison bercerita bahwa ia menempuh studinya di UNAIR mulai tahun 1989 dan lulus pada tahun 1994.

Edison sebenarnya berhasil menyelesaikan studinya tepat waktu, namun ia menunda kelulusan agar bisa wisuda bersama dengan kakak tingkatnya.

“Saya lulus tahun 1994, sebenarnya satu semester sebelumnya sudah selesai, namun harus menunggu wisuda agar bersamaan dengan kakak tingkat,”

Selama menunggu waktu wisuda, Edison mengambil kesempatan bekerja perusahaan. Kemudian sesaat setelah lulus, ia mengikuti pelatihan manajemen. Melalui pelatihan tersebutlah ia mendapatkan bekal di dunia bisnis dan manajemen.

“Setelahnya, saya sempat bekerja salim group, di bidang properti sembari saya menunggu wisuda. Setelah saya lulus, saya mengikuti management trainee tahun 1994-1995. Saat itu saya mendapatkan pendidikan mengenai bisnis, lebih tepatnya bagaimana mengelola bisnis,” ceritanya.

Edison kemudian beberapa kali mendapat kesempatan bekerja di beberapa perusahaan asing yang juga bergerak di bidang bisnis ritel. Pada kesempatan tersebut, ia banyak mempelajari dan membesarkan konsep bisnis ritel besar ‘hypermarket’ di Indonesia.

“Hypermarket baru booming tahun 97 di Jakarta, dan saya menjadi salah satu orang lokal pertama yang membesarkan konsep itu di Indonesia. Kemudian saya banyak di hire oleh beberapa perusahaan. Jadi melalui perjalanan itu saya jadi bisa memperdalam ilmu bisnis ritel saya,” tutur Edison.

Dari Sastra ke Bisnis Ritel

Memahami dunia bisnis tentu bukan perkara mudah untuk Edison yang merupakan lulusan bidang bahasa dan sastra. Ilmu yang dipelajari semasa kuliah tentunya berbeda jauh dengan bidang pekerjaannya. Namun, Edison mampu mendapatkan pemahaman bisnis melalui pengalamannya selama bekerja.

“Meski saya dari latar belakang sastra dan budaya, saya mendapatkan pemahaman ekonomi itu dari management trainee di Hero dan dipertajam lagi dengan pengalaman. Jadi istilahnya saya ini learning by doing,” tuturnya.

Edison menyampaikan bahwa apapun latar belakang studi keilmuan yang ditempuh seseorang, itu akan mengajarkan bagaimana cara berpikir, berlogika, dan berproses. Latar belakang bahasa, sastra, dan budaya sendiri menurutnya memberikan pemahaman akan hal-hal tersebut.

“Manusia sebagai pemilik budaya, cara berpikir dan berinteraksi juga bagian dari budaya. Jadi orang ilmu budaya itu semestinya lebih mudah memahami cara berinteraksi dengan orang. Ada banyak faktor EQ yang diajarkan dalam ilmu budaya itu. Orang IQ boleh jago, boleh pintar, tapi kalau tidak ada kemampuan EQ, akan sulit untuk kita mengembangkan diri,” sambungnya.(Yul)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait