SURABAYA, Beritalima.com|
Belum usai ditimpa masalah akibat pandemi Covid-19, memasuki Ramadan tahun ini, masyarakat dibuat ketar-ketir dengan melambungnya beberapa harga komoditas pokok.Termasuk diantaranya harga minyak goreng, gula, hingga BBM.
Tidak hanya itu, masyarakat pun dibuat tercekik dengan bertambahnya Pajak Penambahan Nilai (PPN) dari 10 Persen menjadi 11 Persen. Hal ini tentu saja memengaruhi harga komoditas di pasaran. Bagi produsen, kenaikan harga-harga ini akan memengaruhi hasil produksi karena meningkatnya harga bahan baku.
Kenaikan harga menjelang perayaan hari besar seperti lebaran, hari raya kurban, hingga natal bukan kali ini saja terjadi. Kejadian ini terus berulang hingga seakan-akan terbentuk sebuah pola tahunan.
Ekonom Universitas Airlangga, Dr Imron Mawardi SP MSi, menuturkan bahwa fenomena kenaikan harga ini dapat dikaitkan dengan prinsip ekonomi sederhana. Permintaan yang meningkat menjelang lebaran, akan berdampak kepada kenaikan harga.
Selain itu, Ramadan tahun ini, masyarakat dihadapkan dengan euforia karena dua momen Ramadan sebelumnya, dilaksanakan pembatasan sosial.
“Untuk tahun ini, itu karena ada fenomena pemulihan pandemi, dan ditambah juga ukraina (Konflik Rusia-Ukraina, -red), itu dampaknya luar biasa,” ujar Imron.
Menurutnya, ketika hal ini mampu diantisipasi dengan baik, yaitu dengan penambahan supply barang oleh pasar, kenaikan harga seharusnya tidak terulang. Namun, baginya, pola kenaikan permintaan menjelang hari besar ini sering dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggungjawab. Alhasil, meskipun intervensi pemerintah hadir, fenomena tersebut tetap terulang.
“Kalau menurut saya, untuk bulan April, perkiraan saya inflasi akan diatas 0,5 dibandingkan inflasi bulan sebelumnya. Kalau kita lihat fenomena sebelumnya pun, memang, inflasi di bulan Ramadan lebih tinggi dari bulan-bulan sebelumnya,” sambungnya.
Selain itu, ia pun menyoroti melambungnya harga minyak, baik minyak goreng maupun BBM. Baginya, kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) akan meningkatkan harga minyak goreng. Kenaikan ini akan menyebabkan inflasi yang disebut Cost Push Inflation atau inflasi yang diakibatkan oleh kenaikan biaya produksi.
Ia pun mengkhawatirkan kenaikan BBM jenis Pertamax. Kenaikan harga Pertamax yang signifikan akan membuat banyak pengguna Pertamax beralih pada Pertalite yang lebih terjangkau karena bersubsidi. Hal itu tentunya akan berdampak pada peningkatan permintaan BBM jenis Pertalite.
Namun baginya, kenaikan harga di bulan Ramadan tidak selamanya buruk. Hal tersebut juga dapat mengindikasi bahwa roda perekonomian di tengah masyarakat bergerak. Ia menyoroti fenomena menjelang lebaran seperti pemberian tunjangan kepada karyawan, hingga pendistribusian kekayaan kepada masyarakat miskin melalui zakat, infak, dan sedekah, yang masif digencarkan saat bulan Ramadan.
“Ketika orang punya uang dari menerima sedekah, otomatis permintaan barang akan naik kan, karena mereka akan membelanjakan uang itu. Begitupun para mustahiq (orang yang menerima zakat, -red) yang akan membelanjakan uangnya,” tutur Wakil Dekan II Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) UNAIR tersebut.
Pada Akhir, beliau berpesan kepada masyarakat untuk membuat skala prioritas dan memahami apa itu keinginan dan kebutuhan. Keinginan itu hal yang tidak terbatas sedangkan kebutuhan itu terbatas.
“Jadi sebenarnya, kalau dasar (membelanjakan uang, -red) kita ini kebutuhan, maka kita akan hemat. Ini juga tuntunan agama,” tutupnya. (Yul)