JAKARTA, beritalima.com | Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun jatu Sabtu (10/10) kemarin. Badan Kesehatan Dunia atau WHO mengingatkan agar kita pandai dalam peningkatan investasi kesehatan jiwa.
Mengapa berinvestasi, dan mengapa sekarang? Jawabannya, kesehatan mental dibutuhkan agar masyarakat dapat berkembang.
Pasalnya, selama pandemi, kesehatan mental yang baik jadi lebih penting dari sebelumnya.
Tanpa fokus pada kesehatan mental, respons apa pun terhadap COVID-19 dinilai akan berkurang, menggerus ketahanan individu dan masyarakat, serta menghambat pemulihan sosial, ekonomi, juga budaya.
2020 bukanlah tahun yang mudah untuk memelihara kesehatan mental. Ancaman infeksi, penguncian berulang, isolasi sosial, dan ketidakpastian ekonomi telah menciptakan ketakutan, juga kecemasan yang meluas.
Sebuah Rapid Review yang diterbitkan The Lancet sebagaimana dilansir Minggu (11/10) menunjukkan efek psikologis negatif karantina yang dipaksakan.
Banyak orang yang sebelumnya mengira tak terpengaruh masalah kesehatan mental menemukan bahwa mereka juga rentan.
Sementara, bagi orang dengan kondisi kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya sering kali mengalami peningkatan kesulitan.
Baca: Ormas dan LSM Boleh Ikut Pengadaan, Ini Syaratnya
Memang terdapat konsekuensi neurologis dan psikiatri yang tepat dari infeksi, tapi tetap membutuhkan pemantauan yang cermat.
Kondisi-kondisi ini kemudian mengarah ke pertanyaan besar.
”Investasi apa yang dibutuhkan pemerintah dan organisasi non-pemerintah untuk mengurangi dampak kesehatan mental dari Covid-19 dan, yang lebih penting, guna meningkatkan kesehatan mental secara global?” jelas WHO dalam rilis yang disampaikan.
Indonesian sendiri menjadi salah satu negara dengan tingkat stres yang sedang. Kondisi ini didukung dengan kondisi alam.
Di sisi lain mental orang Indonesia memang terbangung dari kondisi sulit. Sehingga efek negatif dari kondisi saat ini memang memberikan tekanan.
Namun berbeda dengan kondisi masyarakat di belahan Amerika Selatan, maupun europa lainnya.
Ibadah, rutin berolah raga menjadi kunci menjaga mental keseharian. WHO pun mengingatkan agar terlalu memikirkan pandemi yang terus meluas.
Tapi berusaha mematuhi protokol kesehatan dengan hidup sederhana dan menghindari daerah dengan wabah yang tinggi (oke/sep)