Ekowisata dan Reboisasi Hutan Adalah Jawabannya

  • Whatsapp

Beritalima.com – Lestari Alamku Lestari Desaku
Dimana Tuhanku Menitipkan Aku
Nyanyi Bocah-bocah Di Kala Purnama
Nyanyikan Pujaan Untuk Nusa

Damai Saudaraku Suburlah Bumiku
Kuingat Ibuku Dongengkan Cerita
Kisah Tentang Jaya Nusantara Lama
Tentram Kartaraharja Di Sana

Itulah sepenggal bait lagu Lestari Alamku dari Almahum Gombloh. Lagu tersebut menggambarkan tentang kemegahan, keindahan alam dan kedaimaian Indonesia pada jaman dahulu. Tetapi sekarang, setelah 74 tahun merdeka hampir 50 % hutan Indonesia beralih fungsi. Menjadi perkebunan kelapa sawit, pertambangan, dan pemukiman. Kota-kota besar tercemar oleh limbah rumah tangga, limbah industri, dan polusi udara. Salah satu penyebabnya adalah masyarakat yang kurang peduli kepada lingkungannya, pabrik-pabrik belum mengolah limbahnya dengan benar, dan gas buang kendaraan bermotor, baik roda empat maupun roda dua. Setiap hari ada sekitar 21 juta kendaraan bermotor yang bersliweran di Jabodetabek.

Jika hal tersebut dibiarkan dan tidak segera diatasi, maka lima tahun mendatang akan menjadi “bom waktu” yang siap meledak. Kemacetan, udara kotor, banjir dan sumber penyakit tidak bisa dielakan lagi.

Ekowisata dan reboisasi hutan menjadi jawabannya. Ekowisata hutan kota menjadi paru-paru kota untuk mencegah polusi udara, penangkal banjir dan wisata edukasi. Selain sebagai sarana cinta masyarakat kepada lingkungannya juga untuk mengenal alam sekitar. Dengan dibangunnya ekowisata hutan kota dampaknya akan menjaga keseimbangan alam. Ekowisata hutan kota juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Ekowisata hutan kota bisa menjadi nilai tambah tersendiri bagi warga untuk melepas lelah. Mereka yang setiap hari disibukan dengan pekerjaan, pada akhir pekan bisa melepas penat, melepas lelah di hutan kota. Juga menjadi sarana bermain warga masyarakat dan memperindah wajah kota.

Jika kota-kota besar yang ada di seluruh Indonesia, mengalokasikan RTRW 20 % untuk fasilitas umum. Seperti membangun ekowisata hutan kota, membangun sarana prasarana kota yang mewadahi, dampaknya akan sangat besar, yaitu mengurangi tingkat polusi udara, pencemaran air tanah, dan banjir.

Indonesia dijuluki sebagai Zamrud Khatulistiwa. Terdapat gugusan beribu pulau-pulau yang membentang di garis Khatulistiwa, dari sabang sampai merauke. Terlihat hutanya tumbuh subur, hijau bak batu Zamrud, yang sangat indah dan menawan.

Hutan menjadi sumber tanaman, dan kekayaan hayati, tempat hidup flora dan fauna yang baik bagi kelangsungan hidup manusia. Hutan Indonesia yang tumbuh subur menjadi paru-paru dunia. Sehingga kita wajib untuk melestarikannya.

Bencana tanah longsor, banjir, dan pembalakan liar tidak bisa lepas dari ulah serakah manusia. Sehingga kita semua harus sadar bahwa hutan yang gundul akan menjadi malapetaka. Reboisasi, penanaman hutan kembali harus digalakan mulai sekarang, supaya hutan kita tidak gundul, dan gersang.

Mari kita lestarikan hutan Indonesia, demi anak cucu, demi generasi mendatang, dan demi kelangsungan hidup kita bersama. Pemanasan global pemicunya adalah banyaknya gedung pencakar langit, efek rumah kaca, pembalakan liar, industrialisasi dan alih fungsi hutan lindung.

Salah satu cara supaya hutan kita tetap tumbuh subur adalah dengan reboisasi, merawatnya, dan menjaga supaya tetap hijau dan tidak gundul. Pemerintah wajib memberikan sanksi tegas bagi perusahaan pemegang HPH yang merusak hutan. Jika perlu ijinnya dicabut atau ditenggelamkan.

Sekali lagi, mari lestarikan hutan Indonesia, supaya bencana banjir, tanah longsor dan kekeringan tidak menghantui kita semua. Hutan yang tumbuh subur membuat udara sejuk, nyaman untuk tempat tinggal dan menjadi obyek wisata. Sehingga akan memberi nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan negara.

Jika kita ingin terbebas dari pencemaran udara, pencemaran air tanah, kekeringan dan banjir. Sudah saatnya pemerintah membatasi jumlah kendaraan pribadi dengan menyediakan moda transportasi umum yang terkoneksi sampai pinggiran kota. Faktor yang tidak kalah penting adalah ekowisata dan rebosiasi hutan Indonesia. Bagaimana pendapat Anda.

Surabaya, 7 September 2019

Cak Deky

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *