Jatim tidak hanya melakukan ekspor ke Negara lain akan tetapi juga antar pulau di wilayah Indonesia. Oleh sebab itu , upaya meningkatkan nilai perdagangan dengan melakukan ekspor antar pulau ala Jatim tersebut menjadi inspirasi nasional.
Hal tersebut disampaikan Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional, Arlinda saat melakukan dialog dengan Gubernur Jatim, Dr. H. Soekarwo dalam rangka Pengembangan Sektor Perdagangan di Jawa Timur di Ruang Kertanegara Kantor Gubernur, Jl. Pahlawan 110, Surabaya, Kamis (1/9) malam.
Menurutnya, upaya tersebut menjadi inspirasi agar provinsi lain juga mengikuti langkah yang dilakukan Pemprov Jatim dalam meningkatkan nilai perdagangan dalam negeri. Nantinya akan diselenggarakan sebuah acara yang bertajuk Trade Expo Indonesia 2016. Dimana bertujuan mempromosikan produk ekspor utama, unggulan, dan jasa, serta produk potensial lainnya kepada calon buyer, percepatan perkembangan ekonomi kreatif Indonesia, meningkatkan rasa cinta dan bangga masyarakat Indonesia akan produk dan jasa dalam negeri.”Acara tersebut terinspirasi dari Jatim yang giat melakukan promosi dan membangun perwakilan dagang di beberapa provinsi sebagai upaya meningkatkan nilai perdagangan. Jadi tidak hanya melakukan ekspor ke laur negeri, tapi ekspor antar pulau juga menjadi hal yang wajib dilakukan,” ujarnya.
Sementara itu, Pakde Karwo sapaan Gubernur Jatim mengatakan perdagangan antar pulau bertujuan memperkuat perdagangan antar pulau agar pasar dalam negeri dikuasai orang lokal serta mampu meningkatkan produk lokal yang mampu bersaing di pasaran. “Kami perlu bermitra untuk memperkuat diri, saling bersinergi untuk memenangkan pasar dalam negeri dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),” ujarnya
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), perdagangan perdagangan antar pulau dari Jatim, berkontribusi terhadap pendapatan product domestic regional bruto (PDRB) sebesar 5,44% atau senilai Rp25,029 triliun. Total PDRB Jatim selama periode ini sebesar Rp460,28 triliun. Berdasarkan data neraca perdagangan, pada 2015 perdagangan Jatim dengan antarpulau di Indonesia mencapai Rp800 triliun. Sementara ekspor-impor hanya sebesar Rp500 triliun. Jika dilihat ekspor-impor dengan luar negeri, Jatim masih Defisit. “Surplus perdagangan Jatim, mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2013, perdagangan Jatim surplus Rp38 triliun. Lalu pada 2014, naik menjadi Rp42 triliun, dan pada 2015 mencapai Rp 47 triliun. Peningkatan surplus perdagangan Jatim tersebut dipicu konsep business to business (B2B) antarprovinsi atau besarnya realisasi perdagangan antarprovinsi yang dilakukan Jatim, “ ujarnya
Ia menjelaskan, nilai ekspor antar pulau yang sangat besar tersebut tidak akan bisa terjadi apabila tidak dibangunnya perwakilan dagang Jatim di beberapa wilayah di Indonesia. Saat ini Jatim sudah memiliki kantor perwakilan dagang di 26 provinsi di seluruh Indonesia. “Pembukaan kantor perwakilan dagang tersebut juga dibarengi dengan dibangunnya Bank Jatim di provinsi mitra. Hal tersebut bertujuan agar bisa meningkatkan transaksi perdagangan antar pulau , mempermudah traksaksi perdagangan antar pulau, adanya dukungan kepastian pembayaran, sumber baru memperoleh dana dari pihak ketiga dan pembelajaran pelaku bisnis untuk memanfaatkan bank sebagai tempat penyimpanan uang,” papar Pakde Karwo.
Pihaknya juga tidak pernah absen dalam rangka mengikuti berbagai pameran produk unggulan. Pada tahun 2016, dari lima pameran yang diikuti Jatim memberikan dampak yang luar biasa.” Dari lima kegiatan tersebut total transaksi Jatim sebesar Rp. 5,9 milyar dengan rincian transaksi jangka pendek sebesar Rp. 1,8 milyar dan transaksi jangka panjang sebesar 4,1 milyar. Pada pameran-pameran tersebut Jatim memamerkan komoditi unggulan diantaranya tekstil dan produk tekstil , kulit dan produk dari kulit, logam dan produk dari logam, kayu dan produk dari kayu, makanan dan minuman, aksesori dan alas kaki,” tambahnya.
Dalam rangka meningkatkan perdagangan dalam negeri Pakde Karwo juga mengusulkan beberapa hal diantaranya diwujudkannya Sistem Informasi Perdagangan Antar Pulau (SIPAP) dalam rangka penguatan pasar dalam negeri menghadapi MEA, untuk optimalisasi tol laut maka shipping instructions (perijinan pengangkutan) oleh PELNI yang selama ini melalui Kemendag disarankan untuk mendekatkan proses rekomendasi di lokasi pelabuhan yang ditentukan dalam rangka mempermudah proses pengangkutan, dan perlunya regulasi yang mengatur tentang stok dan harga bahan pokok agar tidak terjadi permainan harga bahan pokok di tingkat Nasional.(**)