TANGERANG, beritalima.com|Guna menyiapkan tenaga kerja yang siap menghadapi era industri 4.0, dibutuhkan peningkatan keahlian (up skilling) dan juga perubahan keahlian (re skilling). Kedua langkah ini tentunya harus didukung dengan adanya kecocokan antara dunia industri dan juga pemerintah.
“Proses up skilling dan re skilling bisa dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan. Jangan tertukar kedua istilah ini, pendidikan itu dalam jangka panjang sedangkan pelatihan dilakukan dalam jangka pendek,” kata Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak saat menjadi narasumber dalam Indonesia Industrial Summit 2019 di Exhibition Hall Indonesia Convention and Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Banten, Selasa (16/4).
Selain melakukan up skilling dan re skilling, menurut Emil ada empat prinsip kesuksesan menghadapi era industri 4.0, yakni inovatif, digital minded, berani mengambil resiko, serta kolaboratif (connected). Bila tenaga kerja tidak inovatif maka akan tergeser dengan artificial intelligence. Untuk itu, inovasi tersebut harus didukung dengan langkah digital, karena langkah tersebut mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas sebuah inovasi.
“Kemudian bila inovasi, digital, tapi tidak berani mengambil resiko maka seterusnya tidak akan bisa terwujud atau terlaksana. Terakhir kita lemah di kolaborasi, caranya kolaborasi adalah kita harus selalu terhubung satu sama lain,” katanya.
Menurutnya, berbagai hal tersebut dinilainya penting. Utamanya bagi tenaga kerja generasi millennial. Para generasi tersebut biasanya gadget dan digital addiction, anti rutinitas dan birokrasi, tidak sabar, dan bahkan seringkali over connected.
“Maka harus ada master sharing economy, pekerja seperti web developer, dll kebanyakan adalah freelance. Kita ingin menyeimbangkan antara profesional dan freelance,” jelasnya.
Yang tidak kalah penting, lanjut Emil, menyiapkan mental para generasi millennial. Sekolah-sekolah harus mulai mengajarkan tentang manajemen kegagalan. Sekolah harus mengajarkan anak-anak berani ambil resiko dan tidak sedih berlarut-larut ketika mengalami kegagalan, dan segera bangkit.
“Mereka juga harus diajarkan active learning, jangan hanya diberi jawaban ketika ada masalah, tapi bantu bagaimana mereka mencari jawaban sendiri. Selain itu sekedar bicara dan mendengar tak cukup, harus mampu memaparkan ide dalam bentuk multimedia atau animasi, serta mendorong kerjasama lintas batas, anak muda bertukar ide dengan pemuda negara lain,” katanya.
Untuk itu, keberadaan Millenial Job Center (MJC) yang digagas oleh Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak akan menjadi wadah bagi generasi milenial yang ingin mengembangkan karir di bidang profesi milenial seperti social media management, digital marketing, dll. MJC akan mempertemukan talenta profesi milenial yang sudah memiliki kemampuan dasar namun belum memiliki rekam jejak profesional atau portofolio, dengan klien yang bersedia memberikan pekerjaan atau proyek kepada talenta baru yang belum berpengalaman.
“Tentunya dengan biaya jasa pekerjaan yang relatif rendah menyesuaikan jam terbang talenta tersebut. MJC juga akan menyediakan mentor profesional dari kalangan praktisi untuk mendorong proses on the job learning,” pungkasnya.
Ajang IIS 2019 ini mengambil tema “Impelementasi Making Indonesia 4.0 Menuju Indonesia Menjadi Negara 10 Besar Ekonomi Dunia”. Dalam acara ini dilakukan peluncuran Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) atau indikator penilaian tingkat kesiapan industri di Indonesia dalam menerapkan teknologi era industri 4.0. Acara yang berlangsung selama dua hari yakni 15-16 April 2019 ini diisi dengan forum strategis yang menghadirkan para menteri terkait, gubernur/wakil gubernur, para pelaku industri serta pelaku IKM dan start-up sektor industri. rr