JAKARTA, Beritalima.com– Anggota DPR RI asal Sulawesi Selatan II, Andi Akmal Pasluddin mengatakan, penurunan emisi gas yang terjadi saat ini akibat wabah pandemi virus Corona (Covid-19) dimana aktivitas manusia berkurang drastis.
Ketika pandemi berakhir dan aktifitas manusia kembali normal dimana pabrik-pabrik kembali beroperasi, penggunaan kendaraan bermotor, pesawat sudah seperti sedia kala, tentu emisi gas kembali mengotori udara.
“Penurunan emisi gas ini sangat baik bagi lingkungan Bumi. Fenomena ini sejalan dengan pesan Kitab Suci bahwa ‘Bersama Kesulitan ada Kemudahan’. Pandemi yang begitu memukul seluruh aspek kehidupan manusia, secara bersamaan, ada jeda waktu Bumi memulihkan kemampuannya untuk melayani eksistensi kehidupan manusia,” tutur Andi Akmal.
Mengutip Proyek Karbon Global (GCP), Andi Akmal terkesan dengan penurunan emisi gas rumah kaca global tahun ini sekitar tujuh persen, yang merupakan sebuah rekor. Ada perbaikan lingkungan skala dunia dan merupakan sinyal dari yang maha kuasa. Kondisi ini perlu dipertahankan dengan inovasi penggunaan energi yang lebih ramah tanpa mengurangi produktivitas.
Penurunan 2,4 miliar metrik ton karbon dioksida (CO2) menurut Andi Akmal yang juga anggota Komisi IV DPR RI tersebut, memang secara produktivitas pergerakan manusia beserta instrumen yang aktif seperti pabrik dan mesin menurun drastis aktivitasnya. Ibarat manusia sedang berpuasa, Bumi diberi waktu mereset lingkungannya terutama pengaruh emisi karbon yang ditimbulkan akibat aktivitas manusia.
“Saya berharap, Kementerian Lingkunga Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai lembaga yang menjadi inisiator buat Indonesia, mempertahankan lingkungan yang baik ini dengan menggandeng berbagai lembaga negara agar seger melakukan perubahan penggunaan energi ramah lingkungan. Ini tidak dapat instan, tapi kalau tidak dimulai akan terus menerus Bumi ini kehilangan kemampuannya dalam melindungi seluruh kehidupan makhluk hidup di atasnya,” kata Andi Akmal.
Legislator dari Dapil II Provinsi Sulawesi Selatan ini menyoroti, potensi laut Negara Indonesia masih banyak yang perlu di eksplor termasuk blue energi. Karunia Sumber Daya Alam (SDA) maritim yang dimiliki Indonesia sangat berlimpah dan belum tergarap optimal.
Garis pantai terpanjang di dunia hingga 108 ribu kilometer akan sangat relevan dalam mencukupi kebutuhan pangan dan energi rakyat Indonesia yang juga berpotensi menciptakan iklim lingkungan yang lebih ramah. “Kedepannya, digitalisasi sistem kehidupan manusia sudah sangat dekat dan menyeluruh secara global dunia. Teknologi ramah lingkungan ini mau tidak mau manusia harus masuk eranya untuk mempertahankan bumi sebagai tempat tinggalnya. Saya harap pemerintah Indonesia tidak ketinggalan pada masa peralihan ini,” demikian Andi Akmal Pasluddin. (akhir)