JAKARTA, Beritalima.com– Emma Yohanna memotivasi generasi muda berbuat positif untuk bangsa dan negara. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan karakter yang kuat dengan menanamkan nilai-nilai disiplin dan tertib sejak usia dini.
“Pembentukan karakter sangat penting untuk membentuk jati diri generasi muda. Pembentukannya harus dimulai dari pendidikan usia dini, karena di masa usia emas (golden age) tersebut anak-anak memiliki daya ingat yang tajam,” kata Emma.
Itu dikatakan Anggota DPD RI asal Provinsi Sumatera Barat ini saat menjadi pembicara dalam acara Focus Group Discussion (FGD) dengan tema ‘Upaya Bersama Pembentukan Karakter Generasi Muda Sumatera Barat’ di Gedung B Universitas Bung Hatta, Ulak Karang, Padang, Jumat (27/12).
Dalam keterangan tertulis dari Humas dan Pemberitaan DPD RI, perempuan berdarah Minang ini mengatakan, karakter bangsa di negara berkembang sangat positif. Namun, yang terjadi di Indonesia sebaliknya. Warga negara Indonesia yang merantau ke negera orang bisa merubah karakter negara setempat. Artinya, mereka bisa menyesuaikan.
“Tetapi ketika saat kembali indonesia karakter yang terbangun malah jauh melenceng dari budaya indonesia yang sesungguhnya, hal itu bisa dilihat dari cara kita berkendaraan dan antri dalam pelayanan publik,” ucap Emma yang sudah empat periode mendapat kepercayaan masyarakat Minang menjadi Wakil Sumatera Barat di parlemen.
Untuk itu, anggota komite II DPD RI tersebut berharap, ke depan harus ada sinergitas antara orang tua, guru dan masyarakat termasuk pemerintah dalam menciptakan karakter generasi muda yang kuat untuk menyiapkan generasi emas Indonesia 2045.
Karena itu, orang tua harus serius dalam pembentukan karakter anak dengan cara-cara yang sederhana karena perilaku keseharian kita akan berdasarkan pembentukan karakter yang terbangun sejak kecil. “Kota Padang bisa melebihi Norwegia dalam hal pembentukan karakter apabila bisa sinergi antara pemerintah, komunitas dengan diaspora,” kata perempuan kelahiran Pasaman Barat, 22 Januari 1955 tersebut.
Wali Kota Padang, Mahyeldi Ansharullah yang juga menjadi pembicara pada FGD tersebut mengatakan, guna mewujudkan karakter generasi muda yang kuat, Pemerintah Kota Padang telah membebaskan biaya pendidikan dari SD-SLTA yang dimulai sejak 2014. Tahun Pemkot Padang punya program pembinaan generasi muda berbasis keluarga.
Menurut Mahyeldi, untuk menjadi negara dengan lima besar didunia saat ini program pembentukan karakter dimulai dari keluarga, yakni 18-21 dimana keluarga dekat dengan Tuhan, dengan kegiatan mengerjakan sholat, pengajian bersama anak-anak. “Kedekatan dengan keluarga seperti makan malam bersama. Ini usaha dalam pembangunan karakter dalam keluarga,” kata Mabyeldi.
Diaspora Indonesia, Arswendy yang merantau ke Norwegia sejak 2003 mengatakan, penduduk Norwegia hampir sama dengan Sumatera Barat dalam soal Sumber Daya Manusia (SDM). Kekayaan alam dan SDM antara Sumbar dengan Norwegia, kata karyawan salah satu perusahaan swasta Norwegia itu hampir sama.”Kenapa Sumbar ketinggalan, karena Norwegia selalu mengedepankan SDM. Contoh dalam berlalu lintas yang tertib, sabar, mau menunggu dan tidak mengambil hak-hak orang lain dalam berkendara.”
Dikatakan,karakter positif akan membuat negara maju. Manusia dengan karakter yang kuat akan bisa menciptakan teknologi hebat dan mampu mengumpulkan dana yang banyak. Jepang dan Jerman maju setelah terpuruk karena Perang Dunia II. Mereka mampu bangkit karena karakter masyarakatnya yang kuat.
Menurut dia, tantangan generasi muda indonesia adalah era digitalisasi, mereka harus memiliki karakter yang kuat, karena menjadi pondasi. Apalagi Sumatera Barat punya modal sejarah yang kuat, banyak tokoh yang muncul karena salah satunya pembangunan karakter yang kuat. “Dalam pembangunan karakter harus ada kerjasama antara lembaga pemerintah, sekolah dan komunitas,” demikian Arswendy. (akhir)