GOWA. Sekitar empat puluh persen penduduk Desa Panciro Kecamatan Bajeng Gowa dari jumlah total 9000 lebih, mencari kehidupan di Kota Metropolitan Makassar.
Kondisi demikian hadir tidak terlepas dari letak dan posisi desa yang menjadi wilayah penyangga bagi Kota Makassar.
Demikian ditegaskan Kepala Desa Panciro, Anwar Dg Malolo, SE didampingi Kasi Pemerintahan Desa, Fhadly, S.Sos dan tokoh masyarakat Panciro dan wartawan senior Drs.Darwis Jamal Takdir, Senin (7/9/2020) di rumah Kades di Desa Panciro Gowa.
Beberapa tahun terakhir ini di wilayah Desa Panciro bertebaran kompleks perumahan yang menjadi lokasi pemukiman warga yang bekerja di Makassar.
Selain itu selama ini dari Desa Panciro cukup banyak warga bekerja di sektor informal jadi buruh bangunan tukang batu, tukang kayu, penjual keliling dan kerja lainnya, kata putra Panciro kelahiran 10 Pebruari 1976 ini.
Walau warga mencari kehidupan di Makassar, tetapi pada hari-hari libur, warga tersebut cukup peduli pada kegiatan sosial di sekitar tempat tinggalnya.
Tingkat partisipasi warga terhadap kebijakan pemerintah cukup tinggi, tergantung proses komunikasi menyampaikan dan meyakinkan pesan kepada warga, ungkap mahasiswa S2 Manajemen PPs-Universitas Indonesia Timur ini.
Salah satu strategi yang ditempuh guna mendekati warga adalah dengan berbaur dan berkeliling salat berjamaah dari masjid ke masjid di wilayah Desa Panciro.
Komunikasi lewat tempat ibadah termasuk cukup efektif meyakinkan warga dan menerima dan menjalankan pesan kebijakan dari pemerintah, kata sarjana ekonomi salah universitas swasta di Kota Surabaya ini.
Saat ini ada empat dusun di Desa Panciro yakni; Dusun Mattirobaji, Kampung Parang, Bontoramba dan Bontoramba Selatan. (Ulla/Yahya)