SURABAYA, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM provinsi Jawa Timur, Endy Alim Abdi Nusa menekankan pentingnya peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) dalam mendukung program Koperasi Desa Merah Putih yang diinisiasi oleh pemerintah.
Hal ini ia sampaikan pada Diskusi Panel “Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) sebagai Mitra Penyedia Bahan Pangan untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG)” Kamis 13 Maret 2025 di hotel Surabaya Suite.
Endy menyampaikan fenomena masih maraknya peran perantara atau makelar dalam distribusi hasil pertanian yang menyebabkan kesejahteraan petani stagnan, meskipun harga beras dan komoditas lainnya mengalami kenaikan. Menurutnya, koperasi desa dapat menjadi solusi untuk memperpendek rantai distribusi dan meningkatkan kesejahteraan petani.
“Pak Prabowo sampai berbicara tiga jam penuh tentang koperasi di hadapan para menteri. Ini menandakan bahwa koperasi bukan sekadar wacana, tetapi sudah menjadi perhatian utama pemerintah,” ujar Endy.
Selain itu, ia juga mengatakan masalah pinjaman online (pinjol) ilegal yang semakin marak di pedesaan. Menurutnya, kehadiran koperasi desa diharapkan mampu memberikan akses keuangan yang lebih sehat bagi masyarakat desa sehingga mereka tidak terjerat utang dengan bunga tinggi.
Program Koperasi Desa Merah Putih sendiri dirancang untuk memiliki enam gerai utama, termasuk penyediaan barang murah, penampungan hasil pertanian, dan layanan kesehatan desa. Pemerintah juga telah mengajak Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) serta alokasi APBN dan APBD untuk mendukung pembentukan koperasi desa ini.
Endy menegaskan bahwa anggaran desa tidak akan hilang dengan adanya program ini. Justru, desa akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru yang lebih mandiri dan berdaya saing.
“Bapak-Ibu seharusnya senang, karena kini desa menjadi perhatian utama banyak pihak. Jangan melihat koperasi desa sebagai beban, tetapi sebagai peluang besar untuk kemajuan bersama,” tambahnya.
Sebagai penutup, Endy mengajak para pengelola BUMDesa untuk tidak ragu bergabung dalam skema koperasi ini. Ia mencontohkan bagaimana koperasi di negara lain mampu mengelola bisnis besar, seperti Rabobank, IKEA, dan FC Barcelona.
“Koperasi itu bukan usaha kecil-kecilan, di luar negeri koperasi bisa jadi perusahaan besar. Indonesia justru tertinggal dalam hal ini. Sudah saatnya kita maju,” pungkasnya.(Yul)




