SURABAYA, Beritalima.com |
Anggota DPRD provinsi Jatim Erma Susanti mengungkapkan, pertemuan dengan para Gaprindo (Gabungan Peternakan Indonesia) yang mengeluh karena harga telur jatuh. Sementara harga pakan merangkak naik, tentu menimbulkan dilema. Untuk itu, anggota komisi B ini menjelaskan bahwa pemerintah harus turun tangan membantu menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut.
“Merespon pengaduan Gaprindo terkait Peternak semakin terhimpit dengan mahalnya pakan dan harga jual yang sangat rendah karena adanya over supply,” terang politisi PDIP ini.
Erma menuturkan, untuk pakan, mahalnya harga jagung karena peternak tidak dapat jagung, sementara produksi jagung sudah diserap industri pakan ternak semua. Pemprov Jatim khususnya dinas ketahanan pangan, harus mempunyai neraca suply dan demand jagung yang benar, sehingga tidak byer jadi kelangkaan, dan dapat mengantisipasi prediksi siklus,
“Termasuk menyediakan silo (penyimpanan) jagung untuk menyediakan stok pada saat tidak panen, sehingga kelangkaan seperti situasi saat ini yang merugikan peternak telur. Dinas juga harus menfasilitasi korporasi petani-peternak, sehingga peternak dapat jagung dengan harga bagus karena memotong rantai tengkulak,” sambungnya.
“Untuk over supply , Pemprov Jatim harus membuat trobosan dengan menciptakan pasar telur di luar Jatim, apalagi Jatim punya perwakilan dagang, harusnya lebih agresif, dan bekerja keras mencari pasar, karena Jatim sentra telor kedua setelah jateng,” lanjutnya.
Menurut Erma, pemerintah harus memberikan akses permodalan untuk mendukung koperasi peternak, karena selama ini peternak terhambat masalah casflow, sebab penjualan dengan pihak Pemda untuk program bansos maupun pasar di luar Jatim pembayaran mundur rata-rata hingga 15 hari.
“Juga perlu dievaluasi kebijakan pemerintah pusat terkait tataniaga pakan ternak sehingga perusahaan pakan tidak monopoli harga,” pungkasnya.(Yul)