JAKARTA, Beritalima.com– Bencana nonalam seperti wabah penyakit juga menjadi ancaman nyata yang bisa hadir kapan saja, seperti virus Corona (Covid-19) yang tengah melanda dunia, termasuk Indonesia. Sudah lebih 250.000 yang meregang nyawa dan jutaan dalam perawatan tenaga medis.
Salah satu metode efektif membangun kasadaran akan pentingnya mitigasi bencana guna mengurangi risiko adalah lewat pendidikan sejak usia dini. Karena itu, formulasi kurikulum pendidikan kebencanaan di Indonesia diharapkan tidak hanya mengulas peserta didik soal mitigasi bencana alam saja tetapi juga harus mengedukasi peserta didik terkait bencana nonalam, salah satunya wabah penyakit.
Anggota DPD RI, Fahira Idris mengatakan secara geologis, geomorfologis dan geografis, Indonesia merupakan negara rawan bencana. Berbagai bencana sering menghampiri negeri ini mulai dari bencana geologis (gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan gunung meletus) dan bencana hidro-meterologis (banjir, tanah longsor, angin puting beliung, kekeringan, hujan sangat lebat).
Namun, bencana tidak hanya melulu akibat faktor alam, tetapi bencana nonalam salah satunya wabah penyakit juga tidak kalah mengancam seperti wabah Covid-19 yang tengah melanda dunia. Hari Pendidikan Nasional yang kita peringati di tengah pandemi Covid-19 idealnya menjadi momentum penting bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan para pemangku kepentingan segera merealisasikan kurikulum kebencanaan baik alam maupun nonalam terutama wabah.
“Walau mungkin wabah penyakit, intensitasnya tidak seperti bencana alam, tetapi tetap harus menjadi bahasan penting dalam penyusunan kurikulum bencana. Ini penting, agar ke depan bangsa kita lebih siap menghadapi berbagai ancaman penyakit,” kata Fahira Idris dalam keterangan Pers Biro Humas dan Pemberitaan DPD RI, Senin (4/5).
Menurut Fahira, tantangan umat manusia dan bangsa di dunia ke depan semakin besar. Wabah Covid-19 ini menjadi peringatan bahwa bencana yang diakibatkan peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam juga harus mendapat perhatian dan sedapat mungkin diformulasikan mitigasinya.
Tidak hanya wabah penyakit dan epidemi, bencana nonalam lain yang juga bisa mengancam adalah gagal teknologi dan gagal modernisasi. Lewat pendidikan, sambung Fahira, generasi Indonesia ke depan akan memiliki pengetahuan dan wawasan tentang kebencanaan mulai dari tindakan preventif, respon terhadap bencana (disaster response), dan recovery (pemulihan).
Selain menanamkan pengetahuan dan wawasan, poin penting dari pendidikan kebencanaan adalah agar generasi penerus bangsa ini mampu berpikir dan bertindak cepat, tepat, dan akurat saat menghadapi bencana baik alam maupun nonalam.
“Poin penting lainnya yang hendak dituju adalah membangun sikap empati terhadap korban bencana atau mereka yang terserang wabah penyakit sehingga sigap membantu dan punya kemampuan menggalang solidaritas,” demikian Fahira Idris. (akhir)