JAKARTA Beritalima.com– Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Fahri Hamzah menilai H Muhammad Soeharto adalah tokoh besar yang berhasil mentransformasi negara dan bangsa Indonesia ini menjadi kekuatan yang disegani di dunia.
“Hari ini tepat HUT Pak Harto ke-100 tahun. Saya tidak pernah jumpa Beliau, tapi saya pernah demonstrasi sampai beliau mundur 21 Mei 1998,” kata Fahri dalam keterangan pers yang diterima Beritalima.com, Rabu 9/6).
Menurut Fahri, Soeharto memang memiliki kesalahan 32 tahun memimpin Indonesia. Namun, Soeharto juga memiliki jasa yang besar bagi kemajuan pembangunan Indonesia. “Jadi, apapun kesalahan Beliau, manusia tidak ada yang sempurna. Tugas kita adalah menghargai dan meneruskan jejak langkah Beliau,” ujar Fahri.
Wakil Ketua DPR RI Koordnator bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) itu menilai bangsa ini tidak akan pernah bisa menjadi bangsa besar sampai seluruh pendiri dan pejuang bangsa diletakkan dalam penghargaan yang tinggi. Bukan sebaliknya dicari-cari terus kesalahannya.
“Semua yang pernah memimpin adalah pahlawan pada zamannya, termasuk Soeharto yang memimpin bangsa ini lebih dari 30 tahun dengan segala kurang dan kelebih Beliau. Pada masanya ketika berkuasa, setiap pemimpin menerima pujian, yang terkadang pujian itu berlebihan.”
Fahri mengatakan, tidak adil bila tak ada generasi setelah masanya, yang tidak menghargai jasa-jasa mereka, termasuk Soeharto yang memimpin Indonesia lebih dari 30 tahun. “Tak adil baginya ketika tiada generasi setelahnya tak memberikan perhargaan apalagi memaki. Kita harus melawan sikap tidak adil seperti ini kalau mau besar dan maju,” kata dia.
Karena itu, Fahri mengajak rakyat untuk mulai dewasa soal ini. Karena sebuah bangsa tidak boleh menyimpan dendam masa lalu. Itu beban berat yang menghalangi bangsa ini untuk terbang tinggi.
“Terlalu banyak bekas yang Beliau tinggalkan, mengingat Beliau adalah monumen bagi memori kolektif bangsa. Sekarang kita menatap ke depan. Memulai perjalanan menjadi kekuatan global yang diperhitungkan dunia.
Seluruh komponen bangsa mengheningkan cipta memperingati HUT ke-100 Soeharto. Hari ini kita mengheningkan cipta,” ucap Fahri.
Diketahui, Jenderal Purnawirawan TNI AD almarhum HM Soeharto lahir di Kemusuk, Argomulyo, Godean, Yogyakarta, 100 tahun lalu, tepatnya 8 Juni 1921. Soeharto adalah putra dari Sukirah dan Kertosudira yang memulai kariernya di dunia militer 1942 saat diterima menjadi tentara KNIL.
Saat Belanda hengkang dari Indonesia, Soeharto bergabung dengan PETA, kesatuan militer bentukan Jepang di Indonesia. Dari sana, Soeharto terus melanjutkan kariernya di militer hingga Indonesia merdeka.
Karir Soeharto mulai terlihat saat situasi politik Indonesia yang bergejolak di 1965. Beliau ditunjuk sebagai pejabat presiden lewat Sidang Istimewa MPR 7 Maret 1967 dan terpilih menjadi presiden oleh MPR RI lewat hasil pemilu.
Berdasarkan hasil Sidang Umum MPRS pada 27 Maret 1968, Soeharto pun menjadi presiden, hingga peristiwa reformasi 1998 yang digelorakan oleh mahasiswa, memaksanya untuk meninggalkan jabatannya yang telah diduduki 32 tahun. (akhir)
Jamiluddin Ritonga: Tidak Ada Jaminan Artis Mampu Mendulang Suara
PBB belakangan ini menggaet sejumlah artis. Diantaranya Aldi Taher, Andija Kangen Band, Charly ST12.
Salah satu tujuan menggaet artis tentulah untuk mendulang suara. Para artis dianggap dapat menghipnotis kaum milenial untuk memilih calon atau partai yang bersangkutan.
Cara PBB tersebut sebenarnya sudah beberapa kali dilakukan PAN. Namun hasilnya tidak memuaskan. Hal itu dari perolehan suara pada beberapa pileg.
Pengalaman pileg 2019 juga menunjukkan banyak artis yang tidak masuk Senayan. Mereka kalah bersaing dengan calon non artis.
Jadi, tidak ada jaminan partai yang memiliki kader dari kalangan artis dengan sendirinya akan mendapat suara dari pemilih.
Memang awal reformasi, ketika artis ikut dalam kontestan pemilu legislatif, memang banyak yang terpilih menjadi legislator. Namun setelah mereka duduk di parlemen ternyata tidak mampu memperjuangkan aspirasi rakyat (pemilihnya), maka brlakangan ini artis bukan lagi menjadi prinadona dalam pileg.
Karena itu, PBB mungkin lebih baik mencari tokoh masyarakat yang memang dicintai di suatu daerah. Mereka inilah yang berpeluang besar dipilih.