SURABAYA – beritalima.Com — Banyak cara yang bisa dilaukan seorang pemimpin untuk melakukan komunikasi dengan jajarannya. Termasuk gaya kepemimpinan Presiden Joko Widodo dalam menyatukan semua persepsi yang ada demi memajukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Apa sich hebatnya Jokowi? Bagaimana gaya politik Jokowi selama masa kepemimpinannya yang sudah berjalan 2,5 tahun?
Andi Budi Sulistijanto yang baru saja menerima gelar sebagai Doktor Ilmu Komunikasi di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sahid, Jakarta, Selasa (23/05/2017) menilai bahwa dalam membangun komunikasi politik, Presiden Jokowi menggunakan persuasi politik yang di dalamnya terdapat propaganda, periklanan dan retorika.
Andi juga menuturkan bahwa “Definisi Komunikasi Politik” sangat beragam dari perspektif gaya komunikasi politik Jokowi seperti, INT’L ENCYL OF Communication (1989) dalam Lely Arrianie (2010:13) menggaris bawahi :
“komunikasi politik adalah se tiap penyampaian pesan yang disusun secara sengaja untuk mendapatkan pengaruh atas penyebaran atau penggunaan power didalam masyarakat yang didalamnya mengandung empat bentuk komunikasi, yaitu : a). elite communication. b). Hegemonic communication. c). Petitionary communication. d). Associational communication”.
Menurutnya, persuasi politik merupakan cara yang digunakan Jokowi dalam menyelesaikan berbagai persoalan perpolitikan, kebuntuan komunikasi terkait kemasyarakatan dan kebangsaan. Propaganda, periklanan dan retorika merupakan elemen-elemen yang merupakan kunci utama komunikasi persuasi politik yang dilakukan Jokowi untuk membangun opini, menggiring sudut pandang, memengaruhi nilai-nilai kepercayaan dan kepatutan masyarakat.
“Dalam pemahaman peneliti dari berbagai diskusi perkuliahan bahwa persuasi merupakan usaha komunikasi untuk pengubahan sikap individu dengan memasukkan ide, pikiran, pendapat, bahkan fakta baru lewat pesan-pesan komunukatif. Pesan yang disampaikan oleh komunikator dengan sengaja dimaksudkan untuk menimbulkan respon, ekses, kontradiksi dan inkonsistensi,” ujar Andi yang baru menerima gelar Doktor dengan predikat “sangat memuaskan” kepada awak media, Kamis (25/5/2017).
Oleh karena itu, gaya komunikasi politik yang dibangun oleh Jokowi akhirnya berhasil membangun komunikasi dengan DPR, tokoh-tokoh politik dan agama serta berbagai ormas di NU. “Barangkali belum ada yang menyerupai yang digunakan enam Presiden RI sebelumnya. Berbagai gaya komunikasi dipraktikan Jokowi sebagai implementasi diri yang mempunyai modal budaya sendiri yang khas dan unik,” tutur Andi.
Andi juga berbagi pemikiran terkait fenomena gaya komunikasi politik Jokowi seperti diperlihatkan oleh berbagai media dan sudah menjadi perbincangan para pakar komunikasi politik. Menurutnya ada berbagai aspek yang mempengaruhi Jokowi dalam berkomunikasi dengan setiap lawan bicaranya, dan selalu mengedepankan nilai-nilai friendship. Antara lain:
1. Politik anjangsana yaitu Jokowi mengunjungi tokoh masyarakat dan tokoh politik ke kediamannya atau ke markas atau kantornya, yang tidak direncanakan jauh hari dan bukan sebagai kunjungan kerja atau terkait program kerja, namun bersifat dadakan dan tidak terlalu protokoler,
2. Politik meja makan yaitu Jokowi mengundang berbagai tokoh politik dan tokoh masyarakat sambil mengajak makan di meja makan dakam istana Negara.
3. Politik jamuan minum teh diberanda istana, yaitu Jokowi menjamu tamu di istana berbincang sambil minum teh dan duduk bersebelahan dengan sofa panjang tanpa sekat seolah ingin menunjukkan keakraban dan kedekatan kedua tokoh tersebut.
4. Politik santri , yaitu Jokowi makin mendekatkan diri kepada Ulama dan pimpinan Ormas Islam Moderat seperti NU dan Muhamadiyah. Selalu minta petunjuk dan arahan, mendengarkan dengan sabar dan seksama dawuh dan saran-saran para ulama dan Kyai.
Tradisi baru komunikasi politik Jokowi khususnya di istana telah meruntuhkan sifat kesakralan suasana istana yang dipandang sebelumnya sangat kaku, formal dan penuh protokoler. (ks)