Fenomena Nurhadi-Aldo dan Potensi Ancaman Pembengkakan Golput

  • Whatsapp

Oleh :
Rudi S. Kamri

Kemunculan Capres alternatif NURHADI-ALDO dengan tagline Tronjal-Tronjol Maha Asyik mulai tanggal 26 Desember 2018 lalu merupakan suatu hal yang sangat menarik. Namun juga merupakan fenomena yang harus kita waspadai. Meskipun membuat kita terhibur tapi sesungguhnya membuat saya risau dan galau maksimal.

Kelahiran Komunitas NURHADI-ALDO (Dildo) dengan segala kelucuan satire-nya merupakan akibat dari kemuakan sebagian masyarakat terhadap tajamnya perseteruan antara kedua belah kubu dalam kontestasi Pilpres 2019 yang semakin hari dirasakan sebagian masyarakat semakin memuakkan. Dan perasaan itu sangat bisa saya mengerti karena terkadang sayapun juga merasakan hal yang sama. Sebagai contoh, penyebutan binatang kecebong dan kampret, meskipun untuk sekedar lucu-lucuan tapi jujur hal itu sangat mengganggu. Karena menurut saya hal itu sangat merendahkan martabat kita sebagai manusia.

Komunitas Capres Dildo menolak fanatisme buta terhadap Capres tertentu. Dan ini ternyata dirasakan juga oleh begitu banyak orang, terbukti dengan begitu banyaknya followers komunitas ini dalam waktu yang sangat singkat belum ada hitungan sebulan. Secara jujur harus diakui Komunitas Capres Dildo dengan segala kelucuannya merupakan kanal obat anti stress bagi orang yang jenuh melihat perpolitikan Indonesia saat ini. Kontestasi Pilpres 2019 akan sebangun dengan Pilpres 2014 dimana polarisasi masyarakat begitu tajam terbelah. Dan ini sangat tidak sehat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berkembangnya Komunitas Capres Dildo ini kalau ke depan tidak kita antisipasi dengan baik dan bijak perkiraan saya akan berpotensi menjadi wadah pembiakan para Golongan Putih (Golput). Pada kontestasi Pilpres 2014 masyarakat Indonesia yang Golput mencapai 29,1 % dari suara pemilih. Meskipun secara undang-undang berapapun jumlah Golput tidak akan mempengaruhi hasil Pilpres namun apabila jumlahnya semakin besar akan mempengaruhi legitimasi masyarakat terhadap hasil Pilpres, siapapun yang jadi pemenang.

Ada fenomena yang juga tidak kalah menarik. Dalam perkembangan akhir-akhir ini sangat terlihat justru kelompok pro Jokowi yang terlihat begitu frontal memusuhi kaum Golput yang saat ini masuk dalam kelompok Swing Voters. Padahal seharusnya menghadapi kelompok swing voters ini kita seharusnya bersikap bijak, halus dan santun dalam memberikan pengertian agar mereka mau menentukan pilihan dan tidak berubah menjadi Golput. Para Swing Voters ini HARUSnya dirayu dengan penuh kelembutan, bukan malah dimusuhi secara kasar. Karena bagaimanapun menjadi Golput itu sejatinya juga merupakan hak demokrasi seseorang.

Ke depan saya berharap kita bisa menyikapi para Swing Voters ini secara tepat. Sehingga kita bisa mengajak mereka untuk bersedia menentukan pilihan sesuai dengan pilihan kita. Dan itu bukan pekerjaan mudah. Harus dikelola dan direncanakan dengan baik serta direalisasikan dengan cara yang tepat. Tujuan akhirnya jelas bahwa para Swing Voters ini tidak mengeras berubah menjadi Golput.

Komunitas Capres Dildo adalah suatu keniscayaan dalam demokrasi. Dimana masyarakat mencari saluran ekspresi atas kemuakan dan kejenuhan terhadap perkembangan politik yang semakin liar. Seharusnya hal ini menjadi bahan instrospeksi diri bagi kita semua. Dan mudah-mudahan kehadiran Komunitas Dildo ini membuat kita semakin arif bersikap dalam mengekspresikan dukungan kita kepada calon pilihan kita. Sehingga pada akhirnya kemenangan Capres pilihan kita akan menjadi kemenangan seluruh rakyat Indonesia.

Menjadi Golput itu bukan suatu aib, namun perlu kita sadari bahwa menentukan pilihan dalam Pemilu juga merupakan tugas sosial kita yang mulia dalam menentukan nasib perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemilu bukan sekedar memilih orang yang baik, tapi utamanya adalah mencegah orang jahat berkuasa.

Terakhir saya berharap Komunitas Capres Dildo hanya sekedar refreshing kita dalam mengatasi kejenuhan semata BUKAN merupakan kanal kita untuk semakin asyik tidak mau menentukan pilihan.

Salam SATU Indonesia,
11012019

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *