SURABAYA, beritalima.com | Terkait Pemilihan Walikota (Pilwali) Surabaya yang masih digelar pada September 2020 mendatang, ormas Putera Surabaya (Pusura) menyampaikan kepada masyarakat Surabaya khususnya, untuk memilih figur calon yang lebih peduli pada kampungnya.
“Untuk masalah infrastruktur bu Risma sudah memenuhi dan sudah tidak ada masalah. Namun saat ini yang diperlukan adalah pembangunan di kampung-kampung,” ungkap Ketua Pusura Hoslih Abdullah, kepada awak media.
Menurut ketua ormas tertua di Surabaya yang didirikan para pejuang nasional tahun 1936 ini, menyampaikan bahwa selama ini Pusura tidak pernah ikut dukung mendukung dalam pilwali di Surabaya. Tapi, khusus untuk pilwali 2020, Pusura akan mencoba bisa lebih berperan.
“Misalnya, dengan memberi masukan pada masyarakat mengenai figur bacawali yang mumpuni. Karena itu, Pusura mulai menginventarisir nama-nama yang muncul dalam bursa bacawali dan bacawawali,” ucap Cak Dullah.
Dari nama-nama itu nantinya akan diseleksi siapa yang dianggap layak memimpin Surabaya.
“Nantinya para bacawali yang sudah ditetapkan menjadi cawali akan kami undang ke Pusura untuk menyampaikan visi misinya,” kata dia.
Cak Dullah panggilan akrab Hoslih ini, juga menyampaikan bahwa terkaiT masalah pembangunan infrastruktur, selama ini Walikota Tri Rismaharani bisa dikatakan sudah berhasil menanganinya.
“Dua periode Bu Risma memimpin Surabaya, pembangunan infrastruktur sangat luar biasa. Wajah Surabaya banyak sekali perubahannya,” tutur pria yang akrab disapa Cak Dullah ini.
Sehingga, lanjut Cak Dullah, wali kota yang terpilih mendatang tidak perlu lagi mengikuti jejak Risma, tetapi harus punya inovasi-inovasi baru untuk melengkapi yang ada. Misalnya kegiatan atau program di kampung yang bisa menghasilkan produk bisa dijual atau dipromosikan.
“Sehingga, hasilnya bisa dinikmati dan mengurangi pengangguran di kampung tersebut. Seperti “Kampung Lawas” Maspati. Kampung di wilayah Kecamatan Bubutan ini sekarang dikenal tidak hanya di Surabaya atau Jawa Timur, tapi juga di tingkat nasional, bahkan internasional setelah dibenahi dan disulap jadi kampung wisata.
“Hampir setiap turis yang berkunjung ke kampung ini, baik turis domestik maupun asing, disuguhi aneka permainan dan kesenian tradisional budaya khas Surabaya. Seperti permainan patelele, gobaksodor, egrang, tari remo dan lainnya,” terangnya.
Untuk itu Pusura mengharapkan ke depan muncul kampung-kampung baru yang mengikuti jejak Kampung Lawas. Tentunya dengan kemasan yang berbeda. Sehingga siapapun yang datang ke sana akan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula,” papar Cak Dullah yang sehari-hari juga menjabat ketua umum Koni Surabaya.
Mengenai figur, apakah wali kota ke depan harus arek Suroboyo asli atau bukan, Pusura tidak mempermasalahkan.
“Yang penting orang tersebut mencari makan dan hidup di Surabaya. Pusura tidak mempermasalahkan dari mana sosok wali kota pengganti Risma. Apakah dari kalangan politikus, birokrat, atau pengusaha,” tandasnya. [Red]