Filosofi Rendang

  • Whatsapp

beritalima.com – Saya bangga dengan Indonesia yang terkenal dengan beragam budayanya. Salah satunya makanan tradisional dari daerah Minangkabau, Sumatera Barat, yaitu rendang. Hampir seluruh orang mengetahui rendang, bahkan sering sekali teman – teman saya untuk meminta dibawakan oleh –oleh rendang asli dari Padang ketika saya berpergian ke Kota Padang. Masakan rendang juga mudah dijumpai di setiap warung masakan Padang yang sudah tersebar di berbagai tempat di Indonesia.

Oleh sebab itu, rendang menjadi masakan kebanggaan yang dimiliki oleh Indonesia yang dibuktikan dengan terpilihnya masakan rendang sebagai makanan terlezat di dunia peringkat pertama pada tahun 2011 dan 2017 versi CNN dalam acara World’s 50 Delicious Food.

Banyak yang menganggap bahwa Rendang atau marandang adalah nama sebuah makanan, namun ternyata nama tersebut adalah sebuah proses pengerjaan memasak santan hingga perlahan mengering yang dicampur dengan olahan daging dan berbagai macam rempah dalam sebuah kuali yang berukuran besar dengan durasi masak yang cukup lama. Semakin lama kita ‘marandang’, semakin kering daging yang kita masak maka semakin tahan lama masakan tersebut, menurut tetua adat di Minangkabau.

Dibalik kelezatan perpaduan daging yang empuk dengan cita rasa yang kaya akan rempah ternyata sajian rendang memiliki makna tersendiri. Seperti yang dilansir dalam media Kumparan, daging yang terdapat di dalam rendang melambangkan kepala suku atau niniak mamak yang merupakan pembuat keputusan utama dalam adat Minangkabau. Sama halnya daging yang merupakan unsur utama dalam masakan rendang. Selanjutnya kelapa atau santan yang menggambarkan kelompok cendikiawan di Minangkabau bertugas membantu pemimpin adat dalam memecahkan masalah di Masyarakat.

Cabai dengan rasa pedasnya melambangkan kaum alim ulama yang tegas dalam menegakkan syariat islam. Dan bumbu rempah – rempah yang sangat banyak melambangkan keberagaman masyarakat Minangkabau yang terdiri dari berbagai suku. Itulah sebabnya, rendang menjadi hidangan wajib dalam tradisi Minangkabau dalam seremoni adat, dan menyambut tamu kehormatan.

Seperti yang diucapkan Sri Wahyuni Owner Rendang Mizaki ( jajan masakan rendang dalam bentuk kemasan), dalam memasak rendang selain menggunakan bumbu rempah racikan alami memasak menggunakan tungku kayu bakar lebih bagus ketimbang menggunakan kompor gas yang biasa kita pakai di rumah, karena besarnya api yang dihasilkan dari kayu bakar tersebut tersebar merata keseluruh permukaan bawah kuali sehingga membuat masakan rendang tersebut mendapatkan panas yang merata yang menjadikan rasa dari bumbu rempah tersbut menyerap sempurna ke dalam daging.

Kita harus bangga memiliki kuliner khas Nusantara yang sudah mendunia ini. Semoga kita tetap bisa menjaga kelestarian cita rasanya supaya masakan ini tetap populer di kalangan masyarakat Indonesia.

Ulya Mega Rosalia
Politeknik Negeri Jakarta

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *