JAKARTA, Beritalima.com– Kemajuan teknologi dan globalisasi yang begitu pesat belakangan ini menjadi kekhawatiran bersama karena generasi milenial yang cuek, egois, merasa paling benar dan suilt membedakan mana yang benar, baik dan mana yang salah atau yang buruk.
“Jadi, generasi milenial harus dibekali wawasan kebangsaan, memahami Pancasila sebagai ideologi negara, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan konstitusi UUD NRI 1945,” tegas anggota MPR RI dari Golkar, Firman Subagyo di Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Senin (29/10).
Hal itu disampaikan dalam diskusi empat pilar MPR RI ‘’Makna Sumpah Pemuda Bagi Generasi Milenial?’ bersama pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syahid Jakarta, Adi Prayitno.
Menurut Firman, kemajuan teknologi global saat ini berdampak pada globalisasi ekonomi dan politik yang berpengaruh pada perilaku generasi melenial, yang tak peduli masa depan bangsa. “Padahal kaum muda sebagai penentu masa depan bangsa ini. Kalau dibiarkan, akan membahayakan,” politisi senior dari Dapil Provinsi Jawa Tengah ini.
Adi Prayitno menilai relevansi Sumpah Pemuda 1928 mengingatkan pada founding fathers, pendiri bangsa seperti Bung Karno, Bung Hatta, Hasyim Asy’ari, Muhammad Natsir dan lain-lain yang bertekad Indonesia meredeka, bebas dari penjajahan.
Karena itu Adi berharap generasi milenial ini berpikir global, namun karakternya tetap Indonesia. “Kaum melenial harus peduli politik. Mengingat eksekutif, legislatif dan yudikatif melalui proses politik. Kalau tidak, maka akan kemana bangsa ini ke depan?”
Adi heran tokoh politik yang tanpil hanya itu-itu saja sehingga Daftar Caleg Tetap (DCT) itu-itu saja. Kecuali di partai baru. “Caleg muda ditempatkan di nomor sepatu partai. Padahal, mereka ini sebagai penentu masa depan bangsa ini. Jadi, generasi milenial harus aktif berpolitik,” demikian Adi Prayitno. (akhir)