Surabaya- Panglima Nahdliyin Bergerak (NABRAK) Firman Syah Ali angkat bicara terkait insiden wanita bercadar dan bersenjata yang diduga sebagai lonewolf berusaha menerobos Istana Negara hari ini.
Menurut pria yang akrab disapa sebagai Cak Firman ini, insiden itu akan terus terjadi dan terjadi.
“Aksi terorisme seperti yang terjadi di istana negara saat ini akan terus terjadi dan terjadi kalau kita menanggulangi terorisme hanya di hilir, ibarat bencana banjir, kalau kita hanya menanggulangi hilir sungai ya tidak akan pernah selesai masalahnya” ucap keponakan Mahfud MD ini.
Yang dimaksud sebagai sektor hilir adalah aksi terorisme itu sendiri, sedangkan sektor hulu adalah pabrik teroris alias lembaga pendidikan yang mengajarkan radikalisme dan intoleransi.
“yang saya maksud dengan sektor hilir adalah aksi terorisme itu sendiri, sedangkan sektor hulu adalah lembaga-lembaga pendidikan atau organisasi yang mencetak calon teroris secara terstruktur, sistematis dan masif. Itulah pabrik-pabrik teroris. Media sosial juga bisa menjadi hulu dari terorisme, sebab tidak sedikit orang waras berubah jadi teroris karena pengaruh media sosial” lanjut Pengurus Harian LP Ma’arif NU Jatim ini.
Oleh karena itu, Firman Syah Ali meminta pemerintah untuk segera pindah fokus ke sektor hulu.
“Sembari memberantas yang di hilir, mari kita fokus kita ke hulu. Bubarkan dulu lembaga-lembaga pendikan mereka, baik yang formal maupun non formal. Kita harus tegas terkait pabrik-pabrik teroris tersebut. Ciri khas lembaga pendidikan yang menjadi pabrik teroris adalah lembaga pendidikan yang mengajarkan radikalisme, intoleransi, kebencian, permusuhan antar sesama anak bangsa serta politik identitas. Ciri-cirinya sudah jelas, produk pendidikannya sudah jelas banyak yang jadi bomber, kenapa dibiarkan saja? Tolonglah terorisme ini ditangani secara komperehensif agar tidak terkesan proyek belaka. Tangkap itu para penceramah yang menanamkan ideologi maut, intoleran, radikal, jangan dibiarkan saja, dia juga bagian dari pabrik teroris” pungkas Majelis Pakar IKA PMII Jatim ini.