SURABAYA, beritalima.com – Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) menyatakan, intensitas ancaman radikalisme dan terorisme di Indonesia masih tinggi. Padahal, setelah peristiwa ledakan bom di Surabaya pada Mei lalu, sudah ratusan teroris ditindak Densus 88 Antiteror.
“Terorisme memang ancaman nyata. Kasus Brimob Depok dan pengeboman di Surabaya, masih membekas dalam ingatan kita bersama,” ujar Kasi Partisipasi Masyarakat BNPT, Setyo Pranowo, di acara Saring Sebelum Sharing yang digelar Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur di Hotel Simpang Inna Surabaya, Rabu (26/9/2018).
Penyebaran paham terorisme itu kini mulai merambah dunia digital. Karena itu, masyarakat perlu diberikan edukasi agar tidak mudah terprovokasi dengan kelompok-kelompok beraliran radikal.
Dikemukakan, pihaknya berupaya membentengi masyarakat melalui penanganan secara lunak. Hal ini dilakukan dengan memberi sosialisasi terkait literasi digital.
“Penanganan secara lunak, literasi digital itu salah satu bentuk ikhtiar kita. Tidak lepas kenyataan terorisme di Indonesia belum menunjukkan surut,” lanjut Setyo.
“Mengingat aksi pelaku mengadopsi cara-cara jaringan ISIS, karena itu konten negatifnya harus bersama-sama disaring,” tambahnya.
Menurut Setyo, pendekatan lunak ini merupakan pilihan tepat. Karena, jika masyarakat sudah kompak menjadikan teroris musuh bersama, bangsa ini akan menjadi kuat.
“Pendekatan lunak, pilihan tepat pencegahan terorisme. Bangsa ini kuat saat masyarakat berani dan menjadikan terorisme menjadi musuh bersama,” tandasnya.
Pembentengan masyarakat dari penyebaran terorisme ini penting. Harapannya, masyarakat bisa menjadi ujung tombak untuk melawan hal ini.
Kepala Bakesbangpol Jatim, Jonathan Judianto, yang ikut hadir di acara ini mengatakan, literasi digital ini sebagai upaya pencegahan radikalisme dan terorisme di masyarakat. Menurutnya, ini sangat penting.
“Ini momen penting. Karena perkembangan teknologi saat ini perlu kita sampaikan kepada masyarakat agar mereka memanfaatkan dari aspek-aspek positifnya,” kata Jonathan.
Dikatakan, Bakesbangpol Jatim bersama FKPT Jatim dan stakeholder yang lain akan terus melakukan pencegahan dini. Pencegahan ini sebagai bagian dari upaya memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pemanfaatan literasi digital secara baik.
“Kita memberikan warning (peringatan) atau pemahaman kepada masyarakat, ini loh literasi atau sumber digital yang kira-kira mempunyai indikasi yang tidak baik,” pesan Jonathan.
Penanggungjawab (Pj) Bupati Sampang ini juga mengungkapkan, saat ini ada 800.000 akun penyebar hoax di media sosial dari berbagai platform. “Dan dari sekian itu ada beberapa yang radikal, serta sudah ada yang dilakukan tindakan,” kata Jonathan.
Dari akun-akun tersebut paling banyak mengenai figur publik kaitanya dengan interaksi sosial. Karena itu, Jonathan 4 masyarakat agar berhati-hati menggunakan media sosial (medsos) di tahun politik ini.
Sementara itu Ketua Dewan Pers, Yosep Stanley Adi Prasetyo, yang menjadi pembicara di acara itu, intinya berpesan pada para wartawan untuk konfirmasi terlebih dulu pada subyek berita sebelum menayangkan beritanya. Jika itu tidak dikakukan dan beritanya ternyata tidak benar, wartawan yang bersangkutan bisa diadukan ke pihak berwenang. (Ganefo)