Forkopimda Kota Kediri Kunjungi Wisata Di Puncak Bukit Maskumambang

  • Whatsapp

KEDIRI- Salah satu destinasi tradisional non situs yang terletak di puncak bukit maskumambang atau tepatnya berada di Kelurahan Sukorame, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, menjadi tujuan utama Dandim Kediri, Letkol Arm Joko Setiyo K, M.Si (Han) bersama Walikota Kediri, Abdullah Abubakar, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Kediri, Drs.Nur Muhayar ,Danramil Mojoroto, Kapten Inf Arifin Effendi dan Kapolsek Mojoroto, Kompol Didit Prihantoro, Jumat (07/04/2017)

Areal pemakaman yang berada di seputaran Bukit Maskumambang ini, luasnya mencapai 128 hektar dan berada tepat disamping Gunung Klotok yang merupakan bagian deretan pegunungan dan perbukitan disekitar Gunung Wilis. Bukit maskumambang sendiri memiliki ketinggian hingg 300 mdpl ,dan dekat dengan lokasi tersebut terdapat situs pra sejarah Goa Selomangleng yang juga menjadi icon wisata di Kota Kediri.

Dandim Kediri, Letkol Arm Joko Setiyo K, M.Si (Han) optimis kawasan Bukit Maskumambang bakal menjadi destinasi wisata yang bisa menarik wisatawan lokal maupun luar daerah, apalagi kondisi udara disini cukup sejuk dan nyaman, jauh dari hingar bingar perkotaan. Status Kodim Kediri sendiri pada kunjungannya di Bukit Maskumambang, ialah mensupport destinasi wisata ini dengan membantu Pemerintah daerah Kota Kediri. Dalam waktu dekat, juga akan dilakoni karya bakti pembersihan seputaran kawasan Bukit Maskumambang, khususnya disekitar jalan yang melingkar di areal tersebut.

Dari penuturan Drs.Nur Muhayar, pendakian bukit Maskumambang hanya dibutuhkan waktu sekitar 30 menit, dan bagi pengunjung juga tidak perlu bersusah payah menaiki bukit ini karena pengelola telah membangun tangga sepanjang jalur pendakian dan berakhir pada sebuah makam yang letaknya di puncak bukit. Namun, jika pengunjung ingin sedikit tantangan pengunjung bisa menaiki bukit ini dari sisi timur ,dan jalur ini juga telah dibangun anak tangga hanya saja, pendakian dengan jalur anak tangga hanya sebatas sampai PDAM setempat atau sekitar setengah bukit, setelah itu pengunjung bisa melanjutkan perjalanan dengan melalui jalan setapak.

Lanjutnya, berdasarkan hsitoris turun temurun, pada masa penjajahan Belanda, masyarakat hidup dalam ketidakberdayaan, begitu juga masyarakat Kediri pada waktu itu. Belanda memerlakukan pajak pada hasil kebun yang tidak masuk akal. Hal ini membuat masyarakat Kediri kian menderita di tanahnya sendiri, dan penderitaan ini membuat Mbah Boncolono terenyuh ,serta berniat membela masyarakat. Segala macam cara dilakukan Belanda untuk meringkus sang Maling Gentiri, tapi selalu gagal, tetapi setiap kali terkepung Mbah Boncolono selalu merapatkan tubuhnya ke tembok, pagar atau pohon dan kemudian menghilang. (Pen).

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *