FPK DKI Jakarta : Merajut Persaudaraan Walau Berbeda Tetap Satu Dalam Bingkai NKRI

  • Whatsapp

Jakarta | beritalima.com – Merajut Persaudaraan walau berbeda tetap satu dalam bingkai NKRI, tema tersebut disimpulkan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi DKI Jakarta saat pelaksanaan Forum Pembauran Kebangsaan dan pemantapan Nilai Nilai Bhinneka Tunggal Ika angkatan II tahun 2025.

Hadir Kepala Badan Kesbangpol Provinsi DKI Jakarta Muhamad Matsani sekaligus membuka FPK secara resmi dengan menghadirkan tiga narasumber diantaranya adalah pertama, Dr. Sapta Mupakat Tatar Purba, M.Pd dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) R1. Sedangkan materi yang diangkat adalah Urgensi Bhinneka Tunggal Ika sebagai perekat bangsa. Kedua, Dr. Ratyono, M.Si, Pengamat Sosial dengan materi yang dipaparkan meyangkut Peran tokoh etnis dalam merawat Nilai – nilai BhinnekaTunggal Ika dalam kehidupan bermasyarakat. Narsum ketiga, John Odhius, Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, dengan materinya mengambil, Eksistensi Jaga Jakarta di tengah masyarakat multi etnis.

Hadir pula 100 orang dari berbagai etnis dan kelompok masing masing mendelegasikan 10 orang, diantaranya adalah Forum Pembauran Kebangsan Prov. DKI Jakarta, Badan Musyawarah Keluarga Jambi (BMKJ Jakarta), Atmajothi Jakarta (India), Front Pemuda Muslim Maluku (Perempuan FPMM), Himpunan Tionghoa Kalimantan Barat (Tionghoa), BPP Kerukunan Keluarga Mandar Sulawesi Barat (BPP-KKBSB), Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) Jabodetabek Kalimantan Selaatan, Etnis Betawi, Kerabat Provinsi Kepulauan Riau Jakarta, Kerukunan Keluarga Banyumasan (KKB) Jabodetabek.

Lebih lanjut dalam sambutannya, Kepala Badan Kesbangpol Provinsi DKI Jakarta terhadap Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) yang digelar di The Tavia Heritage Hotel, Cempaka Putih, Jakarta, pada Selasa (25/11/2025) dimulai pukul 09.00 wib sampai selesai.

“Bahwa Indonesia dianugerahi keberagaman suku, budaya, adat istiadat, dan agama yang luar biasa. Keragaman ini adalah aset terbesar kita, sebuah mozaik indah yang harus kita jaga dan lestarikan bersama. Namun, keragaman juga menyimpan potensi tantangan jika kita tidak pandai mengelolanya. Di sinilah semboyan agung kita, Bhinneka Tunggal Ika—berbeda-beda tetapi tetap satu jua—memainkan peran sentralnya sebagai perekat dan fondasi filosofis kehidupan berbangsa dan bernegara,” tandas Kaban Kesbangpol DKI Jakarta.

Kegiatan rutin ini seperti yang disampaikan panitia penyelenggara berdasarkan Pasal 36A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tentang Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Tujuan utama kegiatan ini dikatakan Kaban Kesbangpol DKI Jakarta adalah menguatkan kembali pemahaman dan internalisasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika di hati sanubari para pengurus organisasi etnis, Organisasi etnis memiliki peran yang penting sebagai ujung tombak dalam mempromosikan toleransi, saling menghargai, dan menjalin kebersamaan di tengah masyarakat.

“Kita harus memastikan bahwa rasa persatuan dan identitas nasional kita tetap kokoh, tanpa menghilangkan keterikatan kita pada latar belakang etnis masing-masing,” tuturnya.

Masih dijelaskan Muhamad Matsani, dipahami bahwa Bhinneka Tunggal Ika, sebuah semboyan yang menjadi landasan persatuan bangsa Indonesia yang kaya akan keberagaman suku, agama, budaya, dan ras.

Lanjutnya, dalam organisasi etnis, nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika harus dipahami bukan hanya sebagai simbol, tetapi sebagai jiwa nasionalisme yang ini, mari kita diskusikan, renungkan, dan amalkan prinsip – prinsip saling menghormati, tolongmenolong, dan bekerja sama.

“Kita harus menjadi teladan dalam menjaga kerukunan, mencegah potensi konflik, dan berkontribusi nyata bagi stabilitas nasional,” terangnya.

Masih diungkapkan Matsani, semoga dengan kegiatan ini semua semakin memiliki rasa peduli, keadilan, dan kesetiaan terhadap nilai – nilai luhur bangsa yang tercermin dalam Bhinneka Tunggal Ika, menjadikan organisasi etnis kita contoh dalam menjaga harmoni dan keberagaman di Indonesia.

Harapnya, sebagai Tokoh dan anggota organisasi suku etnis dapat memainkan peran masing — masing, untuk mempromosikan toleransi dan kerukunan: antar suku dan agama, serta memecahkan konflik yang mungkin timbul. Mengembangkan kesadaran akan keberagaman keberagaman budaya, adat, dan tradisi, serta mempromosikan nilai-nilai positif dari setiap suku.

“Mengajarkan nilai – nilai luhur, seperti gotong royong, musyawarah, dan mufakat, yang merupakan bagian dari budaya Indonesia. Membangun jembatan komunikasi antara Suku dan agama, serta memfasilitasi dialog dan kerja sama antar kelompok. Menginspirasi generasi muda untuk menghargai dan melestarikan budaya dan tradisi, serta mempromosikan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika,” pungkas Muhamad Matsani selaku Kaban.

Ditambahkan dari naransumber Sapta Mupakat Tatar Purba, konflik yang paling banyak memakan korban jiwa seringkali diklasifikasikan sebagai perang saudara atau genosida yang melibatkan pembersihan etnis secara sistematis.

Jurnalis : Dedy Mulyadi

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait