SURABAYA – Demi menjaga toleransi kehidupan bermasyarakat di Kota Surabaya telah berdiri Forum Pembauran Krbangsaan (FPK). Organisasi ini dibentuk berdasarkan Permendagri No. 34 Tahun 2006 tentang Pedoman penyelenggaraan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) di daerah.
Hoslih Abdullah yang terpilih selaku Ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Surabaya mengatakan bahwa pada Desember 2022 ada diskusi terkait pembentukan pengurus FPK di Kota Surabaya. Setelah terbentuk dan dirinya terpilih sebagai ketua forum tersebut.
“Ada 28 suku dan 2 etnis. Kegiatannya selama ini, menjaring aspirasi, khususnya dari para kepala suku, etnis dan ras yang ada di Kota Surabaya,” ujarnya, Minggu (2/7/2023) di Jalan Yos Sudarso, Surabaya.
Pria yang akrab disapa Cak Dullah ini menyampaikan bahwa FPK juga telah menyelenggarakan forum dialog, baik ibternal maupun eksternal. Secara bergantian, pengurus FPK juga menjadi nara sumber di Sekolah Kebangsaan yang di selenggarakan oleh Pemkot Surabaya.
“Kami mengisi materi wawasan krbangsaan. Alhamdulillah beberapa pengurus FPK Surabaya ini memang banyak akademisi yang kompeten di bidangnya masing-masing,” tuturnya.
Cak Dullah menyebutkan bahwa keberadaan FPK ini berdiri sendiri-sendiri, artinya yang di tingkat Kabupaten Surat Keputusan (SK) nya dari Bupati, yang di pemkot, SKnya dari Walikota.
“Demikian pula yang ditingkat Provinsi, SKnya dari Gubernur,” terang Cak Dullah.
Menurutnya, Surabaya paling terlambat. Sebab, di beberapa kabupaten/kota san provinsi lain, FPK sudah ada sejak permendagri itu turun.
“Untuk FPK Kota Surabaya Surat Keputusan Walikota diterima sejak 11 Januari 2023. Kami berkantor di Rumah Bhinneka yang terletak di Ngagel Jaya VI No. 34,” sebutnya.
Hoslih Abdullah menjelaskan bahwa di rumah Bhinneka menjadi sekretariat bersama dengan Jejaring Panca Mandala (JPM) dan BEM se-Surabaya.
“Komunikasi rutin kita lakukan dengan seluruh suku dan etnis itu setiap hari kamis awal bulan dan setiap kamis di akhir bulan. Total ada 29 pengurus,” paparnya.
Untuk eksistensi, lanjut Cak Dullah, pihak sudah melakukan audiensi dengan Ketua Dewan Pembina FPK Surabaya, yakni Ikhsan (Sekda. Kota Surabaya).
“Alhamdulilah, saya selaku perwakilan dari suku Madura terpilih sebagai Ketua. Namun, yang harus diingat, keberadaan saya tidak mewakili seluruh suku Madura. Hanya kebetulan saya memang berasal dari Madura.
Mengemban Ketua FPK Kota Surabaya tidaklah mudah. Pihaknya harus mampu menyatukan abtat suku yang ada di Kota Pahlawan ini. Untuk iti dirinya dalam waktu dekat akan mengundang seluruh perwakilan suku dan etnis yang ada.
“Saya perkirakan di Surabaya ini ada sekitar 100 suku. Nah, kita akan mengundang mereka untuk bersama-sama menguatkan nilai-nilai kebersamaan dalam pembauran keberagaman,” tukas Hoslih Abdullah. (mar)